Jang Song-thaek, paman Kim Jong-un di pengadilan militer Korea Utara | (REUTERS/Yonhap) |
VIVAnews - Orang terkuat kedua di Korea Utara Jang Song-thaek dieksekusi mati setelah dituduh berkhianat dan mencoba menggulingkan kepemimpinan keponakannya Kim Jong-un. Para pakar mengatakan, ini satu lagi bukti kekejaman rezim Korut.
Alexandre Monsourav, ahli Korea Utara di Institut Korea-Amerika Serikat di Sekolah Studi Lanjutan Internasional Johns Hopkins, mengatakan bahwa ada pesan untuk AS atas peristiwa ini.
"Kim Jong-un tega membunuh keluarganya sendiri. Dia ingin menunjukkan bahwa dia benar-benar tidak punya rasa kasihan atau ampun. Bagi saya ini tanda yang mengkhawatirkan. Kau harus benar-benar menanggapinya dengan serius," kata Monsourav.
"Apakah itu karena usianya yang muda atau perasaan tidak aman di dalam dirinya yang mendorongnya melakukan itu, yang jelas kita harus berhati-hati berhadapan dengan orang ini," lanjutnya lagi, seperti dikutip dari NBC News, Jumat 13 Desember 2013.
Jang adalah orang terkuat kedua di pemerintahan Korut. Selama ini dia menjadi penasihat dan pembimbing pemimpin muda Kim Jong-un. Dia dilucuti dari posisinya awal pekan ini dan dituduh pengkhianat.
Jang disebut membentuk faksi pemberontak di dalam Partai Pekerja. Dia mengumpulkan kekuatan untuk menggulingkan keponakannya.
"Dia adalah orang yang menantang Kim Jong-un. Dia ingin membangun dinastinya sendiri dan menggulingkan sang raja. Dia membuat partai di dalam partai dan kabinet di dalam kabinet. Jadi bocah ini (Kim) melihatnya dan mengeksekusinya, untuk menunjukkan siapa yang berkuasa," jelas Monsourav lagi.
Sun-Youn Lee, professor studi Korea di Universitas Tufts mengatakan bahwa ketegangan yang saat ini terjadi di Korut belum menjadi ancaman bagi AS. Namun, ini jadi ancaman serius bagi orang-orang yang dekat dengan Jang.
"Saya kira dia tidak akan melancarkan perang atau apapun. Dia tidak punya kecenderungan bunuh diri. Tapi saya menduga ratusan orang yang dekat dengan Jang akan dikumpulkan dan dihukum mati, atau dilempar ke gulag (penjara kerja paksa)," kata Lee.
Soal percobaan pembelotan Jang, Lee mengatakan bahwa pria ini terlalu percaya diri karena menganggap dirinya sudah terlalu penting di Korut. Jang selama 10 tahun terakhir adalah orang nomor dua di negara itu setelah Kim Jong-il dan Kim Jong-un.
"Dia mungkin salah perhitungan dan terlalu percaya diri pada posisinya yang menurutnya penting serta para pendukungnya," kata Lee.