(Reuters)
|
VIVAnews - Diambilalihnya kembali penjara Bagram oleh pemerintah Afganistan dari tangan tentara Amerika Serikat melegakan banyak pihak. Pasalnya dalam kekuasaan AS, Bagram jadi tempat penyiksaan bagi narapidana yang belum tentu bersalah.
Hal ini dialami sendiri oleh Mohammad Nasim, warga provinsi Nangarhar, dekat perbatasan Pakistan. Kepada CNN, Selasa 25 September 2012, dia menceritakan pengalaman pahitnya ketika diciduk di rumahnya dan dipenjara di Bagram dan Guantanamo selama lima tahun pada 2002 lalu. Padahal, dia tidak tahu apa kesalahannya saat itu.
Kisahnya bermula setahun usai tragedi penyerangan WTC di New York, 11 September 2001. Tentara AS kala itu menyerbu Afganistan dengan dalih mencari al-Qaeda yang dilindungi Taliban. Saat itu tiba-tiba, kenang Nasim, dia ditangkap di rumahnya.
"Saya bertani untuk menghidupi istri dan anak saya. Polisi tiba-tiba mengepung rumah saya pada Oktober 2002 dan bilang 'kau terlibat dengan Taliban'. Mereka lalu menahan saya di penjara Bagram," kata Nasim yang menambahkan bahwa seluruh lelaki di desanya ditahan kala itu.
"Mereka menuduh saya terlibat jaringan Taliban dan menyerang bandara Jalalabad sekitar 40 kilometer dari rumah saya, lalu saya tanya mereka 'bagaimana saya bisa terlibat sementara kalian menahan saya di rumah saya, dengan keluarga?'," kata pria 36 tahun ini.
Walaupun Nasim mengatakan tidak bersalah, namun tentara AS mengaku telah menyita roket dan perangkat perang lainnya di rumahnya. Ini dibantah Nasim. Ditahan di penjara Bagram yang saat itu dijalankan Kementerian Pertahanan AS, Nasim mengaku disiksa.
"Ya, saya disiksa. Mereka menyetrum tangan saya. Saya digantung dengan rantai di langit-langit selama tujuh hari. Wajah kami dibekap, tangan dan kaki saya diborgol," kata Nasim.
Dia mengatakan bahwa banyak narapidana bunuh diri saking tidak kuatnya disiksa. "Penjaga selalu menggoyangkan rantai agar kami tidak bisa tidur selama tujuh hari. Saya mulai gila. Saya digantung, badan saya gatal. Mereka membenturkan kepala kami ke tembok," ujar Nasim.
Lima bulan dalam penyiksaan, Nasim dipindahkan ke penjara Guantamao di Kuba sebagai tahanan "resiko menengah." Dia mengatakan, di Guantanamo nasibnya sedikit lebih baik ketimbang Bagram, penyiksaannya tidak terlalu parah.
Setelah empat setengah tahun di penjara tersebut, Nasim dibebaskan. "Seorang tentara AS wanita mengatakan, 'kami minta maaf,'" kata dia.
"Setelah minta maaf apa? Saya menghabiskan lima tahun hidup saya di penjara. Saya tidak bersalah. AS telah merenggut saya dari keluarga saya, anak-anak saya. Siapa yang menghidupi mereka selama saya dibui? Saya kehilangan lima tahun hidup saya." (eh)