(REUTERS/Brian Snyder )
|
VIVAnews - Maskapai beramai-ramai mengandangkan Boeing 787 Dreamliner menyusul Amerika Serikat yang mengandangkan pesawat tercanggih Boeing itu. Masalah baterai menjadi sasaran penyelidikan utama pesawat produksi Amerika ini.
Maskapai pemerintah Polandia, LOT, menyatakan akan meminta kompensasi dari Boeing atas dua pesawatnya yang dikandangkan. Padahal maskapai ini masih menunggu pengiriman tiga pesawat lagi pada Maret nanti, yang baru akan diambil jika masalah teknis pesawat itu terpecahkan.
Masalah pada pesawat yang lebih ringan dari pendahulunya ini muncul setelah dua kejadian beruntun di Boston dan Jepang. Rabu kemarin, All Nippon Airways melakukan pendaratan darurat setelah menerima lampu peringatan masalah baterai.
Badan Penerbangan Amerika Serikat (FAA) lalu memutuskan mengandangkan semua pesawat komersial terbaru ini. FAA meminta produsen memperbaiki baterai jadi lebih aman, namun tanpa merilis detail masalah.
Japan Airlines Co menyatakan membatalkan delapan penerbangan Dreamliner antara Tokyo dan San Diego sampai 25 Januari yang berdampak pada 1.290 penumpang. Air India juga menyatakan akan menggunakan pesawat lain.
Qatar Airways yang Chief Executive-nya, Akbar Al Baker, lantang mempertanyakan pengunduran produksi pesawat ini menyatakan akan mengandangkan lima unit yang dimilikinya. "Kami akan memastikan semua pesawat kami memenuhi semua standar keselamatan dan tak akan dikompromikan," katanya.
Harga saham GS Yuasa Corp, perusahaan Jepang yang membuat baterai Dreamliner anjlok 7,5 persen, terendah dalam dua bulan. Harga saham perusahaan ini sudah jatuh 18 persen setelah masalah baterai terungkap dalam peristiwa kebakaran pesawat 787 di Bandara Logan, Boston.
Sementara saham Boeing jatuh 1,3 persen di Bursa Saham New York, terendah dalam dua bulan. Scott Hamilton, analis dari Leeham Co, sebuah firma konsultan penerbangan di Seattle, menyatakan pengandangan pesawat "adalah hal terburuk yang bisa menimpa sebuah program pesawat." (umi)