Seorang tentara menjaga kapal tanker dari serangan bajak laut (REUTERS) |
VIVAnews - Uni Eropa memperpanjang mandat misi pasukan dari negara-negara anggotanya dalam menindak gerombolan bajak laut Somalia, yang mengancam kapal-kapal dagang dan tanker di Teluk Aden. Bahkan pasukan Eropa kali ini diberi restu tidak hanya menembaki para perompak di laut, mereka pun boleh diserang di darat.
Menurut stasiun berita BBC, 23 Maret 2012, keputusan itu disepakati para menteri pertahanan Uni Eropa, yang beranggotakan 27 negara. Mereka memperpanjang mandat operasi anti bajak laut di kawasan Teluk Aden, termasuk di perairan Somalia dan sekitarnya, selama dua tahun.
Uni Eropa mengerahkan sekitar sepuluh kapal perang beserta pasukannya untuk menjaga keamanan di perairan tersebut. Selain Eropa, militer AS, Korea Selatan, China dan negara-negara lain juga berpatroli melindungi rute kapal tanker dan kargo yang biasa melintasi Laut Arab dan Teluk Aden.
Dalam beberapa tahun terakhir terjadi sejumlah penyanderaan atas kapal-kapal dagang. Para bajak laut meminta tebusan berupa uang, dan mereka tidak segan membunuh para sandera bila tuntutan tidak dipenuhi. Maka, sejak 2008, Eropa mengerahkan militer ke perairan itu.
Mandat UE yang membolehkan pasukannya menyerang basis bajak laut di wilayah darat Somalia merupakan terobosan baru. Ini mengingat para pembajak belakangan menerapkan modus baru, cepat-cepat membawa para sandera dengan perahu motor ke wilayah darat.
Menurut pejabat UE, kapal perang maupun helikopter militer Eropa diberi mandat membombardir basis bajak laut di darat, dengan target tong minyak, kapal, truk dan peralatan lain milik bajak laut di pantai.
Komandan Gugus Tugas Laut UE di perairan Somalia, Laksamana Muda Duncan Potts, pasukannya berhasil menekan jumlah kasus pembajakan di laut. "Tahun lalu ada 30 kapal 700 sandera yang ditahan. Namun dari awal tahun hingga hari ini hanya delapan kapal dan 200 sandera," kata Potts. Dia pun mendukung perluasan operasi militer terbatas ke wilayah darat Somalia.
Selama dua dekade terakhir, Somalia tidak memiliki pemerintahan yang berjalan normal. Ini akibat perang saudara yang berkelanjutan di negara Afrika itu.
Situasi itulah yang membuat para kelompok kriminal merajalela di Somalia. Bermotif kesulitan ekonomi, mereka gemar melaut untuk membajak kapal.