 |
|
Bentrok yang terjadi di Mesir (Foto: AP)
|
KAIRO - Aksi kekerasan merebak di Mesir pada Jumat 25 Januari kemarin, bersamaan dengan ratusan ribu warga yang melakukan protes kepada pemerintah. Protes ini dilakukan bertepatan dengan peringatan Revolusi Mesir yang menurunkan mantan Presiden Husni Mubarak 2011 lalu.
Setelah dua tahun lalu Mesir melihat lengsernya Husni Mubarak dari tampuk kekuasaan, kini fase baru Mesir justru juga dirudung masalah kekuasaan. Mesir saat ini terjerembab dalam persaingan antara kelompok Ikhwanul Muslimin yang berkuasa dengan pihak oposisi yang lebih liberal. Ditambah pula dengan kondisi ekonomi yang terus memburuk.
Protes yang berakhir dengan kekerasan ini berujung pada tewasnya tujuh warga di beberapa wilayah. Tampak polisi melepaskan tembakan gas air mata ke arah warga yang melempari mereka dengan batu.
Setidaknya enam orang dilaporkan tewas di Suez, ini termasuk seorang remaja berusia 14 tahun. Sementara satu orang lainnya dilaporkan tewas dalam bentrokan yang terjadi Ismailia.
"Sekira 480 warga lainnya dilaporkan menderita luka-luka dalam kejadian ini. Termasuk lima orang yang terkena tembakan di Suez," pernyataan pihak Kementerian Kesehatan Mesir, seperti dikutip Associated Press, Sabtu (26/1/2013).
Demonstrasi yang berlangsung Jumat itu, diikuti oleh sekira 500 ribu massa anti-Presiden Mesir Mohammad Morsi. Turunnya warga ke jalan, menunjukkan antipati dari warga Mesir terhadap Morsi dan koalisi Islamis di negeri tersebut.
"Saya tidak akan pernah pergi hingga Morsi. Apa yang mungkin terjadi kepada kami?apakah kami akan mati? itu tidak masalah, karena saya akan menjadi martir untuk Tuhan," tegas seorang warga yang dirawat akibat lukannya.
Selama ini pihak oposisi menentang Morsi dan menuntutnya untuk melakukan amandemen dari konstitusi baru Mesir, yang diratifikasi bulan lalu. Konstitusi tersebut dianggap tidak menjamin kebebasan individu dari warga Mesir.(faj)
