Presiden Prancis, Francois Gerard Georges Hollande (kiri) saat menghadiri upacara peringatan dua polisi yang tewas di Versailles |
VERSAILLES – Jumat, 17 Juni 2016 waktu setempat di Versailles, Prancis mengheningkan cipta dan menggelar upacara peringatan kematian pasangan suami-istri (pasutri) Polisi Prancis yang tewas ditikam militan ISIS, pada Senin, 13 Juni lalu.
Pasutri polisi, Jean-Baptiste Salvaing dan istrinya, Jessica Schneider, tewas dalam sebuah penyerangan di rumahnya di Magnanville.
Pelaku, Larossi Abballa, sempat menyandera anak mereka yang baru berusia tiga tahun. Tapi kemudian unit khusus Kepolisian Prancis berhasil menyelamatkan bocah tersebut, sekaligus menewaskan pelaku.
Upacara peringatan yang digelar di Versailles itu pun turut dihadiri Presiden Prancis, François Hollande, Perdana Menteri (PM) Manuel Valls, serta ratusan petugas pemadam kebakaran dan polisi. Dalam upacara yang penuh emosional tersebut, mendiang Salvaing dan Schneider dianugerahi gelar Legion of Honour.
“Polisi dan aparat keamanan lainnya harus diberi pemahaman untuk mempertahankan diri mereka sendiri saat tidak bertugas. Kita juga harus mencegah polisi dijadikan sasaran kejahatan,” ujar Hollande, disadur BBC, Sabtu (18/6/2016).
Setelah berpidato, Presiden Hollande pun menyalami satu per satu polisi yang hadir. Tapi ada seorang polisi berbadan tegap yang ternyata, menolak menyambut jabat tangan yang diulurkan Hollande.
Hal itu turut jadi perhatian PM Manuel Valls yang setelah Hollande berlalu, polisi yang menolak salaman itu ditegur sang PM yang jabat tangannya juga ditolak.
Belakangan, polisi yang tak diungkap identiasnya itu kecewa terhadap pemerintah yang masih kurang memperhatikan kebutuhan mereka.
“Ada terlalu banyak masalah dalam kepolisian. Kami sudah cukup merasakannya,” cetus polisi tersebut seraya menjabarkan fakta, bahwa rata-rata untuk 40 anggota polisi, hanya tersedia tiga kendaraan operasional.