(REUTERS/Raheb Homavandi/Files )
|
VIVAnews - Mata uang riyal Iran anjlok ke rekor terendahnya terhadap dolar Amerika Serikat pada Selasa, 2 Oktober 2012. Turunnya riyal dikhawatirkan akan semakin berdampak buruk pada ekonomi Iran yang babak belur setelah disanksi AS.
Diberitakan Reuters, riyal turun di kisaran 37.500 terhadap dolar Amerika pada Selasa, dari 34.200 pada penutupan Senin. Padahal Senin pekan lalu, riyal terhadap dolar masih berada di kisaran 24.600.
Pemerintahan Presiden Mahmoud Ahmadinejad membantah kritikan yang mengatakan bahwa kebijakan ekonominya telah gagal. Dia juga menampik dugaan bahwa ini adalah akibat dari sanksi ekonomi AS dan sekutunya terhadap Iran.
Dia menegaskan bahwa dampak sanksi masih bisa diatasi. Ahmadinejad memaparkan, walaupun disanksi, total impor Iran dalam enam bulan pertama tahun ini mencapai U$26 miliar. Jumlah ini hanya turun US$3 miliar dari US$29 miliar di periode yang sama tahun lalu sebelum AS melancarkan sanksi baru.
Ahmadinejad mengatakan, anjloknya riyal disebabkan oleh kelakuan para spekulan mata uang nakal. Dia telah memerintahkan agen keamanan rahasia Iran untuk menangkap para tersangka ini.
"Musuh (AS) telah mencoba mengurangi penjualan minyak kita, namun kita bisa melalui hal ini. Menurut laporan salah seorang agen rahasia, 22 orang adalah penyebab kekacauan di pasar mata uang kita. Mereka telah teridentifikasi dan pihak keamanan harus bertindak," kata Ahmadinejad.
Menanggapi turunnya mata uang riyal, warga Iran berbondong-bondong menukar tabungan mereka ke mata uang kuat (hard currency) yang aman terhadap depresiasi atau fluktuasi. Dengan tingkat inflasi Iran yang mencapai 25 persen, lemahnya riyal mengancam perusahaan industri yang bisa berujung terhadap semakin banyaknya pengangguran di negara tersebut. (adi)