Potret Mao Zedong di depan Lapangan Tiananmen Beijing (REUTERS/David Gray) |
VIVAnews - Pemerintah China menerapkan sensor ketat internet terhadap kata-kata yang merujuk pada peringatan 23 tahun tragedi Lapangan Tiananmen. Di beberapa provinsi, polisi China juga menahan puluhan aktivis yang berdemonstrasi, memperingati tragedi yang menewaskan ribuan orang tersebut.
Diberitakan Reuters, Senin 4 Juni 2012, China memblokir beberapa kata pencarian di laman pencari negara tersebut. Di antara kata-kata itu adalah "enam empat" yang merujuk pada bulan Juni tanggal 4, "23", "lilin" dan "tidak akan lupa."
Pemblokiran serupa juga diterapkan pada posting status di akun sosial media seperti Twitter, Sina Weibo. Jika mengetikkan kata-kata yang dilarang, maka terdapat peringatan bertuliskan "hasil pencarian tidak bisa ditampilkan dengan alasan hukum, peraturan dan kebijakan."
Selain menghapus posting pengguna, China juga memblokir pemilik akun yang memasang foto profil lapangan Tiananmen atau yang mengingatkan pada tragedi tahun 1989 itu. Namun tetap saja, beberapa pemilik akun berhasil lolos sensor dan memposting gambar protes mahasiswa kala itu.
"Tidak akan ada stabilitas sosial jika rakyat tidak mampu menyatakan aspirasinya dan hidup di tengah teror pemerintah," kata seorang pemilik akun Sina Weibo.
Sementara itu Al-Jazeera menuliskan bahwa puluhan demonstran di provinsi Fujian dipukuli dan ditahan polisi saat memperingati tragedi Tiananmen. Penahanan juga terjadi di Beijing saat lebih dari 30 warga menggelar petisi Tiananmen.
Tragedi di Lapangan Tiananmen dimulai pada demonstrasi mahasiswa sejak 15 April 1989 dan berakhir pada 4 Juni 1989. Mahasiswa yang kian hari kian bertambah jumlahnya menuntut pemerintah komunis China memberantas korupsi, menuntut reformasi dan demokratisasi.
Menggunakan tank dan peluru tajam, tentara China membantai para mahasiswa. Hingga saat ini tidak ada data resmi mengenai jumlah korban. Namun, para aktivis memperkirakan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang, lebih dari 10.000 orang terluka, dan ribuan ditahan. (ren)