Sosok Humanis Kayla Mueller, Tawanan ISIS asal AS yang Dikabarkan Tewas di Suriah

Author : Administrator | Saturday, February 07, 2015 09:33 WIB
Tawanan ISIS asal AS, Kayla Jean Mueller, yang dikabarkan tewas dalam serangan udara militer Jordania ke basis pertahanan ISIS, Jumat (6/2/2015)

KOMPAS.com - Serangan udara yang dilakukan oleh militer Jordania ke basis pertahananan kelompok teroris yang menamakan diri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), pada Jumat (6/2/2015) siang, dikabarkan menewaskan tawanan perempuan asal Amerika Serikat. Informasi ini masih simpang siur, karena kabar kematian tawanan itu hanya dirilis oleh ISIS.

Dalam sebuah pernyataan di internet, ISIS mengatakan perempuan AS itu terkubur reruntuhan bangunan akibat serangan yang dilancarkan ke kota Raqa. ISIS hanya memperlihatkan sebuah gambar reruntuhan bangunan, tanpa memperlihatkan jenazah korban. (Baca: ISIS Sebut Tawanan Perempuan Asal AS Tewas Akibat Serangan Udara Jordania)

Mengutip Washington Post, Sabtu (7/2/2015), perempuan AS yang ditawan itu diidentifikasi oleh ISIS sebagai Kayla Jean Mueller. Perempuan asal Prescott, Arizona, itu merupakan pekerja kemanusiaan asal AS yang bekerja untuk lembaga Support to Life dan masuk ke Suriah pada akhir 2012. Mueller diperkirakan diculik ISIS pada 4 Agustus 2013 di kota Aleppo, usai bekerja di sebuah rumah sakit yang dikelola lembaga Doctors Without Borders asal Spanyol.

Derita pengungsi

Sebuah media lokal di Arizona, Daily Courier, pernah menulis profil Kayla Mueller. Ketika itu, perempuan berusia 26 tahun itu mengaku hati nuraninya makin tersentak dengan penderitaan masyarakat Suriah ketika menjadi relawan di kamp pengungsian warga Suriah di Turki.

Kayla mengenang hal yang menjadi titik balik dalam hidupnya berawal ketika membantu seorang pria Suriah menemukan dua anak perempuannya yang berusia 6 tahun di pengungsian tempatnya bekerja. Pria Suriah itu mengaku telah kehilangan istrinya yang tewas di Suriah, tapi dia belum juga bisa menemukan anak laki-laki dan anak perempuannya yang berusia 11 tahun, yang masih hilang saat berusaha kabur dari Suriah.

Beruntung, pria itu kemudian menemukan anak perempuannya yang berusia 11 tahun itu, yang baru saja menyelesaikan operasi di sebuah rumah sakit di Turki. Tapi, pria Suriah itu tetap merindukan anak laki-lakinya. Kepada Kayla, pria itu pun memperlihatkan foto anak laki-lakinya yang hilang.

"Ini bukan kisah yang asing di Suriah. Ini adalah realita untuk masyarakat Suriah selama dua tahun terakhir," ucap Mueller kepada Daily Courier, dalam sebuah acara amal saat pulang ke kampung halamannya di Prescott, Arizona pada 31 Mei 2013.

"Saat para warga Suriah itu tahu saya orang Amerika, mereka bertanya. 'Di mana (tindakan) masyarakat dunia?' Saat itu saya hanya bisa menangis, karena saya memang tidak tahu," ucap Kayla Mueller.

Kayla pun semakin larut dalam kesedihan yang dimiliki pengungsi Suriah, sehingga dia merasa yang dilakukannya tak pernah cukup. Setiap hari, Kayla mendengar cerita tentang anak-anak yang terluka akibat bom, perempuan yang dipaksa menikah di usia sangat muda, dan anak-anak yang dipaksa untuk saling bunuh oleh pihak yang bertempur. Anak-anak tentu saja juga tak bisa sekolah karena tempat mereka belajar itu menjadi sasaran bom.   

"Selama saya hidup, saya tidak akan membiarkan penderitaan ini dianggap normal, dianggap hal yang bisa kita terima," ucap Kayla.

Fokuskan anak-anak

Karena sadar kemampuannya terbatas, Kayla Mueller pun membantu dari hal terkecil yang bisa dilakukan. Misalnya, dia mengajak anak-anak untuk bersenang-senang dengan menggambar, melukis dan bermain.

Salah satu kegiatan yang tidak akan dilupakannya adalah saat para bocah Suriah itu diminta untuk menggambar tempat yang dianggap paling nyaman, paling menyenangkan, paling diinginkan. Ternyata, anak-anak itu mengaku menggambar rumah sendiri, rumah yang sudah ditinggalkan dan mungkin kini sudah rata dengan tanah.

"Mereka bercerita apa saja tentang rumahnya. Mereka bilang, 'Ada pohon di depan rumah yang biasa dipanjat'. Atau, 'Ada pintu berdecit karena tidak pernah diperbaiki ayah'," tuturnya.

Ironi

Mengutip Mashable, keluarga menyebut Kayla sudah mengabdikan kehidupannya untuk membantu orang lain di negara mana pun yang membutuhkan. Karena itu ketika lulus dari Universitas Arizona pada tahun 2009, jenjang karir bukan dianggapnya sebagai pilihan hidup yang dipertimbangkan.

Kayla bahkan pernah membuat video yang diunggah di YouTube, sebagai bagian dari solidaritas media sosial dalam proyek bernama "Syria Sit In". Dalam video yang diunggah pada 2 Oktober 2011 itu, Kayla mengutuk kekerasan yang terjadi di Suriah. Saat itu, Kayla juga terang-terangan menuduh Pemerintah Suriah di bawah pimpinan Bashar al-Assad sebagai pihak yang paling bertanggung jawab.

"Saya dalam solidaritas dengan masyarakat Suriah. Saya menolak brutalitas dan pembunuhan yang dilakukan otoritas Suriah kepada rakyatnya," ucap Mueller dalam video itu. "Karena diam berarti ikut berpartisipasi dalam kejahatan itu, saya mendeklarasikan partisipasi saya dalam 'Syrian Sit In' di YouTube," lanjutnya.

Ironisnya, nasib Kayla Mueller kini masih tidak jelas setelah ditawan oleh ISIS, kelompok yang juga memerangi Bashar al-Assad. Nasib Kayla belum diketahui sejak diculik ISIS di Aleppo pada 4 Agustus 2014.

Pemerintah AS sendiri masih enggan memberikan komentar dan belum bisa memastikan tewasnya Kayla Mueller.

"Saya masih belum bisa memberikan konfirmasi apa pun. Saya tidak akan memberikan informasi spesifik mengenai tawanan AS di luar negeri," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Marie Harf.

(Baca juga kisah menarik tentang sosok Kenji Goto, jurnalis Jepang yang dipenggal ISIS dalam tautan ini: Ini Pesan Cinta dan Toleransi yang Ditulis Kenji Goto, Jurnalis Jepang yang Dipenggal ISIS)

Harvested from: http://internasional.kompas.com
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: