Sulit Bayar Impor, Iran Mulai Terapkan Barter

Author : Administrator | Friday, February 10, 2012 11:12 WIB
Suatu pasar swalayan di Teheran Iran (REUTERS/Morteza Nikoubazl)

VIVAnews - Iran mulai merasakan dampak embargo transaksi keuangan dari negara-negara Barat. Menurut kalangan pedagang komoditas, Iran kini berupaya membarter simpanan emas dan minyak mereka dengan makanan.

Menurut survei kantor berita Reuters, kepada kalangan pedagang komoditas di penjuru dunia menunjukkan bahwa sejak awal tahun ini Iran mengalami kesulitan mengimpor bahan-bahan pokok seperti beras, minyak goreng, pakan ternak, dan teh.

Kapal-kapal kargo pun tertahan di pelabuhan Iran. Mereka menolak bongkar sauh sebelum menerima pembayaran dalam bentuk uang.

Ini menyebabkan Iran mulai memikirkan cara lain, yaitu dengan barter emas atau minyak. "Pembelian gabah dibayar dengan tumpukan emas dan kesepakatan barter itu mulai ditawarkan," kata seorang pedagang komoditas gabah di Eropa. "Beberapa perusahaan pun mulai ikut terlibat," lanjut dia.  

Situasi itu diyakini akibat sanksi baru yang diterapkan Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang masih terkait dengan program nuklir Iran. Mereka mempersulit transaksi keuangan internasional ke Iran dan sebaliknya. Ini menyebabkan pemerintah maupun pelaku bisnis Iran sulit membayar kebutuhan impor secara reguler.

Menurut para pedagang komoditas di Asia, pengapalan minyak kelapa sawit ke Iran dari sejumlah penyuplai utama seperti Malaysia dan Indonesia telah terganggu. Pasalnya, para eksportir takut mereka sulit menerima pembayaran dari Iran.

Malaysia dan Indonesia dikenal sebagai produsen minyak kelapa sawit terkemuka di dunia, dengan menghasilkan 90 persen dari total suplai global. Minyak kelapa sawit sangat berguna untuk membuat beragam jenis pangan, mulai dari mentega olahan (margarin) hingga manisan.

"Saya pastikan bahwa perusahaan-perusahaan perantara di Singapura sudah berhenti memasok ke Iran. Kami tidak ingin mendekat ke sana sementara ini karena terlalu riskan," kata seoranng trader untuk perusahaan Singapura yang mengapalkan minyak kelapa sawit dari Indonesia ke Timur Tengah dan Iran.

Seorang pengusaha dari Arab Saudi yang biasa mengelola 16.000 ton minyak goreng setiap tahun di Iran mengaku usahanya kini mulai turun. Seorang pemilik pabrik mentega olahan Rabu kemarin sudah menghentikan produksi sementara waktu karena kekurangan bahan baku.

Dirasakan Konsumen

Imbas kesulitan itu akhirnya terasa di kalangan konsumen Iran. "Kita bisa bangkrut dan mungkin bakal tutup dalam hitungan pekan," kata seorang pemilik toko kue di Ibukota Teheran.

Dia kesulitan mendapat bahan baku untuk membuat kue dan roti. "Semua bahan baku kami datang dari luar negeri. Masalahnya kini kalau bukan karena harga naik tiba-tiba, barang berhenti dipasok," lanjut dia.

Menurut pengamat, sanksi dari Barat itu menyebabkan kegiatan usaha di Iran menjadi lebih mahal dan para pedagang di mancanegara enggan untuk berbisnis dengan Iran. Sebelum ada embargo transaksi keuangan, Iran tidak banyak terpengaruh oleh berbagai sanksi internasional, karena mengandalkan pasokan minyak dalam jumlah besar untuk dijual.

Namun, embargo terkini mempersempit ruang gerak Iran, termasuk dalam menjual minyak."Tujuan dari sanksi itu sederhana saja: untuk menaikkan biaya dari semua kegiatan jual-beli yang terkait dengan minyak Iran hingga menimbulkan kesulitan sedemikian rupa bagi para mitra dagangnya dalam berbisnis dengan Teheran," kata J. Peter Pham, pengamat dari The Atlantic Council.

Harvested from: www.vivanews.com
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: