VIVAnews - Niat Suriah untuk menyerahkan senjata kimianya untuk diawasi badan internasional, perlahan-lahan mulai direalisasikan. Sebagai langkah awal, Presiden Bashar al-Assad dilaporkan sudah menjadi bagian dari konvensi anti senjata kimia global.
Kantor berita Reuters, Kamis 12 September 2013 melansir hal itu disampaikan oleh Duta Besar Suriah di PBB, Bashar Ja'afari. Kepada media yang menemuinya di markas PBB di New York, Bashar Ja'afari mengatakan bahwa hal ini dilakukan sebagai bagian dari kesepakatan demi menghindari serangan militer AS.
"Secara legal, terhitung sejak hari ini Suriah telah menjadi anggota penuh dari konvensi senjata kimia," kata Ja'afari.
Pernyataan Ja'afari juga dikonfirmasi oleh Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon. Dia mengatakan Moon telah menerima sebuah surat dari Pemerintah Suriah yang berisi informasi bahwa Presiden Assad telah menandatangani keputusan legislatif.
Artinya, Suriah akan memberikan akses terhadap Konvensi tentang Pelarangan, Pengembangan, Produksi, Penimbunan dan Penggunaan Senjata Kimia dan Pemusnahannya tahun 1992.
"Dalam surat mereka, otoritas Suriah telah menyatakan akan berkomitmen untuk meninjau kewajiban yang menyertai di dalam konvensi tersebut, bahkan sebelum kesepakatan itu diberlakukan di Suriah," kata Jubir tersebut.
Pernyataan itu keluar, setelah Assad diwawancarai oleh sebuah stasiun televisi Rusia, Rossiya-24. Dalam wawancara tersebut, Assad menegaskan dirinya siap untuk menandatangani konvensi tersebut.
Ringkasan dari wawancara itu sudah dirilis oleh stasiun televisi yang bersangkutan, namun belum disiarkan secara utuh. Rossiya 24 tidak memberikan informasi kapan isi keseluruhan wawancara akan disiarkan.
Mereka hanya mengatakan hasil wawancara akan tayang segera. Dalam kesempatan itu, Assad menegaskan bahwa alasan Suriah bersedia menandatangani konvensi itu, bukan karena tekanan dari Amerika Serikat, melainkan karena ingin menghormati Rusia.
"Suriah bersedia menyerahkan senjata kimianya di bawah pengawasan badan internasional karena Rusia. Ancaman dari AS sama sekali tidak mempengaruhi keputusan itu," kata Assad yang dikutip kantor berita Interfax.
Assad kembali membantah bahwa pemerintahannya berada di balik serangan gas beracun tanggal 21 Agustus kemarin. Dia menuduh adanya peran negara lain yang menyuplai senjata kimia itu kepada teroris di Suriah. (eh)