Tak Tahu Masalah di Ukraina, Donald Trump Jadi Bahan Olok-olok

Author : Administrator | Tuesday, August 02, 2016 06:02 WIB

JEFF SWENSEN / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / AFP

Donald Trump saat memberikan pidato ketika secara resmi menerima pencalonan dirinya sebagai kandidat presiden AS untuk bertarung dalam pemilihan presiden November mendatang.

 

 

WASHINGTON DC, KOMPAS.com — Tampaknya calon presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, semakin identik dengan kontroversi. Kali ini terkait komentarnya terhadap situasi politik di Ukraina.

Sebagaimana telah diketahui, Rusia menganeksasi Semenanjung Crimea dari Ukraina lewat provokasi militer dan akhirnya referendum.

Pemerintahan Presiden Vladimir Putin juga memasok persenjataan kepada para pemberontak di wilayah timur Ukraina dalam perang yang masih berkobar hingga kini.

Ternyata, Donald Trump agaknya tak mengetahui kondisi di Ukraina itu. Hal ini terlihat saat diwawancarai dalam program This Week di stasiun televisi ABC News.

"Dia (Putin) tidak akan masuk ke Ukraina, paham?" kata Trump kepada sang pewawancara.

"Dia tidak akan masuk ke Ukraina. Anda bisa menggarisbawahi ini," ujar Trump menegaskan.

Namun, saat pewawancara George Stephanopoulous mengatakan bahwa pasukan Rusia sudah berada di wilayah timur Ukraina selama hampir dua tahun, Trump kemudian mencoba membela diri.

"Oke...Putin di sana dalam cara tertentu, tetapi saya tidak di sana. Obama yang ada di sana. Sejujurnya, seluruh dunia kacau di bawah Obama dengan semua kekuatan yang Anda bicarakan, kekuatan NATO dan semuanya," ujar Trump.

Komentar Trump di televisi ini memicu olok-olok dari berbagai pihak, termasuk juru bicara Hillary Clinton, Jake Sullivan.

"Pada saat Trump tak memiliki pengetahuan dasar soal situasi dunia, dia sangat menguasai pernyataan Putin soal Crimea," ujar Sullivan.

"Trump mengulangi argumen Putin yang melakukan pembenaran atas aksi Rusia merebut wilayah sebuah negara berdaulat dengan menggunakan kekuatan senjata," lanjut Sullivan.

"Rusia sudah berada di Ukraina. Apakah Trump tak mengetahui soal itu? Apa yang sebenarnya dia ketahui?" lanjut Sullivan.

Sullivan melanjutkan, pernyataan-pernyataan Trump sangat mengejutkan, tetapi jauh dari mengejutkan.

Bahkan harian NY Daily News yang sejak lama menjadi kritikus Donald Trump memuat ledekan terhadap pengusaha tersebut di halaman depannya.

Harian tersebut dengan terang-terangan menyebut sang kandidat presiden itu sebagai seorang yang "dungu".

Para netizen juga tak mau ketinggalan mengolok-olok Trump. Lewat Twitter, para netizen berlomba menunjukkan bukti bahwa Trump tak pantas menjadi presiden AS.

Beberapa netizen mengatakan, sejak 1976, baru kali ini seorang kandidat presiden AS salah memandang peran Rusia di Eropa Timur.

Saat itu dalam debat melawan Jimmy Carter, Presiden Gerald Ford membuat kesalahan besar saat menyebut Rusia, saat itu masih Uni Soviet, tak akan mendominasi Eropa Timur.

Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin adalah satu dari sedikit pemimpin dunia yang menyambut pencalonan Donald Trump sebagai presiden AS.

Nama lain yang mendukung Trump adalah pemimpin Korea UtaraKim Jong Un.

Bukan kali ini saja Trump memicu kontroversi terkait Rusia. Pekan lalu, pada saat Partai Demokrat menggelar konvensi, Trump meminta Rusia untuk meretas surat elektronik Hillary Clinton.

Setelah mendapat kecaman luas atas pernyataannya itu, Trump berkelit dan mengatakan ucapannya itu hanya bentuk sebuah sarkasme semata.

 

 

Editor : Ervan Hardoko
Sumber Independent,
 
Harvested from: http://internasional.kompas.com/
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: