Baku tembak masih terjadi antara polisi dan teroris di Toulouse, Prancis (REUTERS/Jean-Paul Pelissier) |
VIVAnews - Baku tembak antara Mohammed Merah, pelaku penembakan tujuh orang di Prancis, dengan ratusan aparat keamanan memasuki hari kedua di kota Toulouse. Polisi yang menembakkan peluru dan peledak belum berhasil membuat lelaki 24 tahun itu menyerah.
Dilansir Reuters, 300 polisi diturunkan untuk meringkus Merah, yang mengaku membunuh untuk membalaskan dendam anak-anak Palestina. Hingga Rabu dini hari setempat, polisi masih mengepung apartemen lima tingkat tempat Merah melakukan perlawanan.
BBC melaporkan, sedikitnya terdengar tiga ledakan, saling tembak juga masih terdengar berkali-kali. Penyerangan oleh pasukan keamanan dilakukan setelah negosiasi dengan Merah gagal. Pemuda ini menolak menyerah, malah menembaki polisi, melukai dua orang.
"Ledakan oleh polisi dimaksudkan untuk mengintimidasi pelaku yang berubah pikiran dan menolak menyerah," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Prancis, Pierre-Henry Brandet, kepada Reuters.
Menurut polisi, Merah menyerang polisi dengan senapan Kalashnikov, pistol Uzi 9mm, beberapa pistol lainnya dan kemungkinan memegang granat.
Penghuni apartemen tempat Merah tinggal telah dievakuasi. Lampu jalan juga telah dimatikan. Ibunda Merah dibawa ke lokasi untuk membujuk anaknya untuk menyerah, namun sia-sia. Sementara itu, polisi telah menangkap saudara lelaki Merah untuk dimintai keterangan.
Dalam baku tembak tersebut, Merah mengaku melakukan pembunuhan tiga orang tentara, seorang rabbi dan tiga bocah untuk membalaskan dendam anak-anak Palestina dan terhadap Prancis yang turut serta dalam menggempur Afganistan.
Banyak yang mengatakan bahwa Merah adalah seorang pemuda pendiam yang sopan, walaupun sering tersangkut kasus hukum di masa remajanya. Perangainya berubah drastis sepulangnya dari Pakistan dan Afganistan. Di tempat ini, dia mengaku menjadi anggota al-Qaeda dan mendapatkan pelatihan militer.