"The Last Hero", Upaya Mengabadikan Kepahlawanan Presiden Termiskin di Dunia

Author : Administrator | Saturday, March 07, 2015 09:47 WIB
Sutradara film asal Serbia, Emir Kusturica, saat membuat dokumenter tentang mantan presiden Uruguay Jose Mujica.

MONTEVIDEO, KOMPAS.com - Sutradara asal Serbia, Emir Kusturica, berencana membuat film dokumenter mengenai sosok mantan presiden Uruguay yang eksentrik, Jose Mujica. Dengan proyek dokumenter terbarunya, Kusturica berharap bisa mempersembahkan sebuah cara baru dalam berpolitik, menampilkan "presiden termiskin di dunia" dalam sinema.

Jose Mujica memang memperlihatkan kesederhanaan yang jarang dimiliki pemimpin dunia. Dia memilih tinggal di tanah pertanian di luar ibu kota Montevideo dengan jalur jalan yang belum dilapisi aspal. Pria bernama lengkap Jose Alberto Mujica Cordano ini bahkan mendonasikan 90 persen gajinya setiap bulan, sekitar Rp 120 juta, untuk berbagai kegiatan amal.

Bagi sutradara peraih dua penghargaan Palme d'Or di Cannes Film Festival itu, sosok Mujica memang memesona. Di akhir masa jabatannya pekan lalu, rakyat Uruguay turun ke jalan untuk mengucapkan terima kasih kepada presiden yang tak segan mengendarai VW kodoknya itu seorang diri. Kusturica melihat Mujica begitu dicintai rakyatnya.

"Tidak ada negara di dunia, bahkan dengan demokrasi yang telah maju, saat presiden meninggalkan kantor kepresidenan rakyat menyambutnya dan memperlihatkan kalau dia begitu dicintai," tutur Kusturica dilansir dari AFP, Sabtu (7/3/2015).

Ketika berada di pucuk kekuasaan, Mujica pun berani membuat beragam kebijakan kontroversial namum populis. Di antaranya, dia melegalisasi ganja, tidak melarang aborsi dan mengizinkan pernikahan gay.

Keseharian Mujica yang ditemani anjingnya yang berkaki tiga dan mengurus sendiri lahan pertanian bersama istrinya menjadikan Kusturica terinspirasi untuk menamakan filmnya The Last Hero, sebuah kisah kepahlawanan di era modern.

Mujica adalah mantan anggota pemberontak Tupamaros, kelompok bersenjata berhaluan kiri yang terinspirasi revolusi Kuba. Dia pernah enam kali tertembak dan mendekam 14 tahun di  penjara. Sebagian besar masa penahanannya dilalui dalam kondisi yang sangat buruk dan dalam sel isolasi.

Masa-masa saat berada dalam penjara itulah yang menurut Mujica membentuk kepribadian dan pandangan hidupnya. Saat menjadi presiden, Mujica punya alasan untuk tetap setia dengan kehidupannya yang sederhana.

"Banyak presiden menghabiskan sebagian hidupnya di penjara, berusaha lari dan bersembunyi, kemudian menjadi kaya saat menjabat. Ini sekaligus meyakinkan orang-orang mengenai alasan untuk menjadi politisi. Karena mereka ingin menjadi kaya," tutur Kusturica.

Bagi sutradara film Underground (1995), Mujica menjadi contoh evolusi karakter yang paripurna: Seorang pejuang gerilya di tahun '60an dan '70an, ditangkap dan menjadi tahanan politik, kemudian menjadi presiden sederhana yang dicintai rakyatnya.  

Kini, Mujica telah menjadi sahabat baru bagi Kusturica. Mujica sendiri yang menjadikannya sebagai seorang sahabat. Dengan demikian, jarak seorang pengagum dengan yang dikagumi pun berangsur sirna.

"Saat saya bertamu ke rumahnya, dia mengatakan, 'Ayo kawan, mari bersulang!" ujar Kusturica.

Jose Mujica bukan sosok unik pertama yang menjadi sorotan kamera Kusturica. Sebelumnya, Kusturica pernah membuat dokumenter mengenai legenda sepak bola Argentina, Diego Maradona, dalam dokumenter berjudul Maradona (2008). 

Harvested from: http://internasional.kompas.com
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: