Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah
|
VIVAnews - Uni Eropa akhirnya sepakat memasukkan kelompok Hizbullah dalam daftar jaringan teroris dunia. Keputusan ini diambil setelah Hizbullah dipastikan berada di balik beberapa penyerangan di beberapa negara.
Diberitakan CNN, Senin 22 Juli 2013, kelompok dari Lebanon ini sebelumnya telah dicap teroris oleh Amerika Serikat dan Israel. Langkah terbaru dari Uni Eropa ini memungkinkan negara-negara Eropa membekukan aset Hizbullah di benua biru itu.
"Rincian hukumnya masih akan dibahas dalam beberapa hari ke depan," kata seorang diplomat UE.
Sebelumnya, Uni Eropa masih belum memutuskan apakah Hizbullah akan dimasukkan ke daftar. Namun laporan dari Bulgaria dan Cyprus akhirnya memuluskan langkah UE tersebut.
Menurut laporan Bulgaria, sayap militer Hizbullah terlibat dalam peledakan bom tahun lalu yang menewaskan lima turis Israel dan seorang supir di negara tersebut. Di Cyprus tahun ini, pengadilan memutuskan seorang anggota Hizbullah bersalah karena membantu penyerangan terhadap Israel.
Semakin memantapkan keputusan UE adalah peran Hizbullah di Suriah. Kelompok yang dibekingi Iran ini mengirimkan pasukan mereka ke negara itu untuk membantu rezim Bashar al-Assad dalam menggempur pasukan revolusi Suriah dan warganya. Tercatat, telah lebih dari 90.000 orang tewas dalam perang di Suriah.
Keputusan ini disambut baik Amerika Serikat melalui Menteri Luar Negeri John Kerry. Dia mengatakan bahwa langkah UE ini akan berdampak pada kemampuan Hizbullah dalam beroperasi di Eropa. Termasuk penggalangan dana, aktivitas logistik dan perencanaan serangan Hizbullah.
"Seiring dukungan Hizbullah pada rezim Assad yang brutal dan keterlibatannya dalam skema kriminal internasional serta rencana teror di dunia, semakin banyak negara yang mengakui Hizbullah sebagai organisasi teroris yang berbahaya dan mengancam stabilitas," kata Kerry.
"Kami menyerukan negara lainnya untuk mengikuti jejak Uni Eropa dan mengambil langkah untuk menghentikan kegiatan kriminal dan terorisme Hizbullah," ujarnya.
Serangan Teror Hizbullah
Hizbullah terbentuk setelah Israel menginvasi Lebanon tahun 1982 untuk mengincar Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Sejak itu, kelompok pimpinan Hassan Nasrallah ini sering dikaitkan pada serangan teroris di berbagai negara.
"Nama Hizbullah pertama kali muncul pada pengeboman Kedubes AS di Beirut tahun 1983, menewaskan 63 orang. Setelah itu, Hizbullah mengebom barak marinis Amerika dan Prancis di Beirut, menewaskan 241 tentara AS dan 58 tentara Prancis dengan bom terbesar yang pernah diledakkan teroris," kata Tom Donilon, mantan penasehat keamanan nasional Presiden Barack Obama, kepada New York Times tahun ini.
"Sepanjang 1980an dan 1990an, kelompok ini melakukan penculikan dan pembajakan pesawat, dua pengeboman di Buenos Aires, beberapa di Paris dan percobaan peledakan di Bangkok. Tahun 1996, mereka membantu penyerangan Menara Khobar di Arab Saudi, menewaskan 19 warga AS. Tahun 1997, Hizbullah adalah salah satu dari kelompok pertama yang masuk dalam daftar teroris Kementerian Luar Negeri AS," ujar Donilon lagi.
Di Lebanon, kata Donilon, Hizbullah mencoba mencitrakan diri sebagai organisasi politik yang bertujuan memperbaiki masyarakat dan membela negara.
"Bohong jika dikatakan bahwa Hizbullah adalah aktor politik. Hizbullah tetaplah organisasi teroris dan mengancam stabilitas di Timur Tengah," ucapnya. (eh)