Vaksin eksperimen Ebola yang diujicoba pada monyet menghasilkan daya tahan terhadap virus mematikan tersebut |
KOMPAS.COM - Beberapa penelitian baru menunjukkan bahwa vaksin eksperimen Ebola yang kini sedang diujicobakan pada monyet, bisa bekerja dalam lima minggu hingga 10 bulan ke depan jika diberikan bersama-sama dengan suntikan penambah daya tahan tubuh.
Dalam penelitian yang dipublikasikan oleh jurnal Nature Medicine hari Minggu (7/9/2014), tim peneliti dari National Institutes of Health (NIH) Amerika mengatakan serangkaian vaksin eksperimen itu menghasilkan daya tahan terhadap virus mematikan tersebut.
Tim peneliti itu mengatakan satu dosis vaksin melindungi empat monyet yang diuji ketika keempatnya terinfeksi Ebola lima pekan kemudian. Tim peneliti itu mengatakan dua dari empat monyet itu terlindungi ketika terinfeksi virus itu 10 bulan setelah vaksinasi.
Namun dalam uji-coba terhadap sekelompok monyet berbeda, para ilmuwan mengatakan suntikan penambah daya tahan tubuh yang diberikan dua bulan setelah vaksin awal, menambah perlindungan bagi seluruh monyet yang telah divaksin hingga 10 bulan ke depan.
Vaksin yang diuji-coba oleh NIH itu serupa dengan yang sedang dikembangkan oleh pabrik obat GlaxoSmithKline.
Presiden Obama mengatakan militer Amerika akan membantu upaya melawan virus Ebola yang telah menewaskan lebih dari dua ribu orang di Afrika Barat.
Berbicara dalam program “Meet The Press” stasiun televisi NBC, Presiden Obama mengatakan aset-aset militer Amerika dibutuhkan untuk mendirikan unit-unit isolasi, menyediakan peralatan dan keamanan bagi petugas kesehatan internasional. Ditambahkannya, Amerika perlu menjadikan upaya menangani wabah Ebola sebagai prioritas keamanan nasional.
Presiden Obama mengingatkan masih dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk bisa mengatasi wabah tersebut dan jika upaya itu tidak dilakukan sekarang maka wabah tersebut mungkin akan merebak ke seluruh Afrika dan dunia.
Kelompok kemanusiaan “Doctors Without Borders” mengecam langkah tersebut dengan mengatakan, langkah itu bisa membuat orang menyembunyikan penyakit mereka. Para ahli telah berulangklai mengatakan karantina dan penutupan perbatasan tidak membantu untuk mengatasi merebaknya Ebola. Mereka merekomendasikan pemindaian dan perawatan segera bagi orang yang diduga tertular Ebola.
Juru bicara pemerintah Sierra Leone hari Sabtu mengatakan warga tidak diijinkan meninggalkan rumah mereka mulai tanggal 18 – 21 September.
Kebijakan “lockdown” yang diberlakukan di Monrovia – Liberia sebelumnya sempat memicu kerusuhan.
Ebola telah merebak di Liberia, Guinea, Sierra Leone dan Nigeria sejak Maret lalu.