Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) dan Anas Urbaningrum (kanan), saat masih menjabat Ketua Umum DPP Demokrat. |
JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, mengaku pernah beberapa kali menerima uang dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ketika itu, Anas masih menjadi ketua umum dan SBY dalam kapasitas sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.
Pada Agustus 2009, Anas mengaku menerima uang Rp 250 juta dari SBY. Uang ini yang kemudian dia gunakan untuk membayar uang muka pembelian Toyota Harrier yang sekarang dipermasalahkan KPK.
"Rp 200 juta yang saya berikan kepada Nazaruddin bahwa untuk DP (down payment) itu adalah bagian dari Rp 250 juta yang diberikan dari SBY," tutur Anas di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis (4/9/2014), saat diperiksa sebagai terdakwa kasus dugaan korupsi Hambalang.
Tunai
Menurut Anas, uang itu dia terima sebagai hadiah karena berhasil menjadi juru bicara terbaik pada pemilihan presiden pada lima tahun lalu. Pemberian uang tersebut, lanjut dia, berlangsung di kediaman SBY di Cikeas, Bogor.
Anas menyebut pula bahwa Ibu Negara Ani Yudhoyono menyaksikan pemberian uang tersebut. "Saya waktu itu dipanggil ke Cikeas. Di sana bertemu Pak SBY. Uangnya diberikan secara tunai," ujar dia.
Jaksa KPK pun menanyakan kepada Anas mengapa uang dari SBY tersebut tidak ditransfer saja. "Ya enggak mungkin kan saya minta begitu. Kan Pak SBY beri uangya, masak saya minta ditransfer saja. Kan enggak mungkin," jawab Anas.
Selain uang Rp 250 juta itu, Anas mengaku pula pernah menerima uang dari SBY seusai roadshow atau kunjungan SBY ke Jawa Timur pada Maret 2009. Ketika itu, Anas mengaku diminta mendampingi SBY.
Menurut Anas, pada saat makan di Hotel Shangrila dalam rangkaian perjalanan itu, SBY menyerahkan "bekal" untuk Anas. "(Saat itu) saya sampaikan saya mau berangkat ke dapil setelah ini. Beliau ngasih bekal saya untuk ke dapil," tutur dia.
Terkait dengan uang muka pembayaran Harrier, Presiden SBY melalui Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha telah membantah pernyataan Anas itu. Menurut Julian, Presiden Yudhoyono tidak pernah mengapresiasi seseorang dengan cara memberikan uang.
Selain itu, kata Julian, tidak ada alasan bagi SBY memberikan uang kepada Anas, apalagi karena telah mengantarkan Partai Demokrat menjadi partai pemenang pada Pemilu 2009.