Anas Urbaningrum: Pemimpin Harusnya Jadi Tuntunan Malah Jadi Tontonan Rakyat

Author : Administrator | Monday, January 23, 2017 09:48 WIB

Ilustrasi. Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) dan Anas Urbaningrum. Gambar diambil pada Minggu (17/2/2013).

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Cuitan akun twitter @anasurbaningrum, mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum di Twitter mendadak ramai ditanggapi netizen.

Dengan tanda bintang bertuliskan admin, pengelola akun tersebut mengunggah foto tulisan tangan Anas. Tulisan berbahasa jawa itu berisikan tujuh poin falsafah jawa yakni :

1. Ya Allah, bimbing para pemimpin kami untuk "ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani". Kalimat tersebut merupakan falsafah jawa yan artinya, memohon bimbingan agar pemimpin jika di depan memberi suri tauladan, jika di tengah pemimpin membaur dengan rakyatnya untuk menyemangati, dan jika di belakang pemimpin memberi dorongan motovasi yang kuat kepada rakyatnya.

2. Ya Allah, jangan sampai terjadi "mestine dadi tuntuntan malah dadi tontonan". Artinya jangan sampai yang mestinya menjadi tuntunan malah jadi tontonan rakyat karena perbuatan yang tak semestinya.

3. Ya Allah, jauhkan kami dari pekerti "ono ngarep ewuh-ewuhi, ono mburi ngegol-egoli". Artinya di depan menghalangi, di belakang malah menjadi beban.

4. Ya Allah, ingatkan kami bahwa "ajining diri ono ing lathi, ajining diri ono ing cuitan". Artinya harga diri itu ada di ucapan, harga diri itu ada di cuitan.

5. Ya Allah, jauhkan par pemimpin kami dari JARKONI "biso ngajar ora biso nglakoni". Artinya bisa mengajari tapi tak bisa melakukan apa yang diajarkan.

6. Ya Allah, jangan lupakan kami dari petuah leluhur "ojo metani alaning liyan". Artinya jangan mencari keburukan orang lain.

7. Ya Allah, jangan ubah "lengser keprabon madeg pandhito" menjadi "lengser keprabon madeg CAKIL". Artinya setelah berkuasa berubah menjadi orang yang terhormat, menjadi, setelah berkuasa menjadi orang yang buruk.

Menanggapi hal itu, I Gede Pasek Suardika selaku politisi yang dekat dengan Anas mengaku tak mengetahui siapa yang disasar Anas melalui tulisan berisikan tujuh falsafah Jawa tersebut.

Pasek mengatakan, biasanya, Anas memang menyampaikan sesuatu kepada pengelola akun Twitternya, untuk mengeluarka cuitan.

Cuitan Anas, kata Pasek, biasanya juga menanggpai hal yang ramia terjadi di Twitter sebelumnya.

Saat ditanya apakah cuitan Anas itu mengarah kepada Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang baru saja cuitannya soal hoaks ramai ditanggapi netizen, Pasek hanya tertawa.

"Kalau itu saya tidak tahu, tapi bisa jadi beliau (Mas Anas), cuitannya, merespons isu yang tengah hangat di Twitter," kata Pasek, saat dihubungi, Senin (23/1/2017) pagi.

"Isinya bagus juga, tentang falsafah Jawa. Pastinya bisa dimaknai orang yang membacanya," lanjut Pasek.

Akun resmi Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono, @SBYudhoyono, mengunggah tweet curhat kepada Tuhan, Jumat (20/1/2017). Curhat itu terkait fitnah yang dianggapnya merajalela belakangan ini. Di akhir tweet tertulis *SBY* atau tanda bahwa tweet ditulis langsung oleh SBY.

"Ya Allah, Tuhan YME. Negara kok jadi begini. Juru fitnah & penyebar "hoax" berkuasa & merajalela. Kapan rakyat & yg lemah menang? *SBY*," demikian tweet tersebut.

Penulis : Rakhmat Nur Hakim
Editor : Sabrina Asril
 
Harvested from: http://nasional.kompas.com/read/2017/01/23/09251321/anas.urbaningrum.pemimpin.harusnya.jadi.tuntunan.malah.jadi.tontonan.rakyat
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: