Antasari Azhar
|
VIVAnews – Mantan Ketua KPK Antasari Azhar menceritakan kehidupannya selama dua tahun terakhir di balik jeruji besi Lembaga Pemasyarakatan Tangerang. Kisah itu ia sampaikan di tengah-tengah rapat dengar pendapat dengan Tim Pengawas Kasus Bank Century DPR RI, Rabu 12 September 2012.
Hidup di sel, menurut Antasari, tidak sesuram yang ia bayangkan. Terlebih Antasari menghuni Lapas Tangerang yang menurutnya layak dijadikan percontohan bagi lapas-lapas lain di Indonesia. “LP Tangerang sudah benar-benar kondusif. Saya sekalian mau promosi sedikit,” ujar Antasari di hadapan Timwas Century di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta.
“Tidak ada suku-sukuan di LP Tangerang, sudah sesuai dengan konsep pembinaan temuan Dr. Saharjo,” kata Antasari. Saharjo merupakan mantan Menteri Hukum dan HAM pada Kabinet Kerja I di era Presiden Soekarno. Saat itu Saharjo mengganti istilah “penjara” menjadi “lembaga pemasyarakatan khusus.”
Saharjo juga mengganti istilah “orang hukuman” menjadi “narapidana.” Saharjo berpendapat, penjara bukan tempat untuk memberikan penderitaan kepada orang yang terhukum, tetapi untuk membimbing dan mendidik mereka agar menjadi orang yang berguna bagi masyarakat.
Istri Antasari, Ida Laksmiwati, membenarkan ucapan Antasari soal kemajuan LP Tangerang. Menurutnya, banyak perubahan dan kegiatan positif di LP Tangerang saat ini. “Sekarang bagus, jadi banyak kegiatan. Ada uku lele, ternak lele juga. Bapak (Antasari) salah satu penggeraknya,” ujar Ida.
Meski demikian, imbuh Antasari, bukan berarti dia ingin tinggal seumur hidup di LP Tangerang. “Saya juga tidak mau lama-lama di sana,” kata dia. Apapun, kasus pembunuhan Direktur PT. Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen, yang membelit Antasari, membuatnya divonis 18 tahun penjara.
Keengganan Antasari untuk mendekam lama di LP itu pula yang membuatnya memohon di hadapan Timwas Century agar ada yang membongkar berbagai kejanggalan dalam kasus pembunuhan yang membelitnya itu.
“Luka tembak di kepala (Nasrudin) itu ada tiga. Siapa yang menembak dari depan? Selama ini publik tahu hanya ada dua peluru. Padahal proyektil itu dari dua laras yang berbeda. Lalu itu siapa? Tolong bongkar kejanggalan perkara saya ini,” kata Antasari. (eh)