(Fajar Sodiq (Solo))
|
Solo – Aksi pembakaran Mapolres Ogan Komering Ulu (OKU) di Sumatera Selatan oleh ratusan oknum anggota TNI dari Batalyon Armed 15/105 Kamis kemarin, 7 Maret 2013, membuat prihatin rekan-rekan mereka di Solo, Jawa Tengah. Apalagi peristiwa itu membuat empat polisi dan satu warga sipil terluka.
Anggota TNI dan Polri di Solo pun mengkampanyekan perdamaian dan hubungan harmonis antara institusi TNI dan Polri dengan melakukan aksi gendong-menggendong. Salah satu personil Detasemen Polisi Militer IV/4 Surakarta, Kopka Partika Subagyo, mendatangi Mapolres Surakarta dengan membawa poster bertuliskan “Rukun Agawe Sentosa, Kerah Marai Bubrah. Aparat Rukun Rakyat Makmur, Aparat Tidak Akur Negara Hancur.”
Kopka Partika tak sendiri mendatangi Mapolres Surakarta. Ia bersama rekan-rekannya di TNI. Sesampainya di pintu depan Mapolresta, selanjutnya sejumlah petugas dari Polresta Surakarta langsung menyambut para personil TNI itu.
Anggota dari kedua kesatuan kemudian langsung pamer kemesraan dengan melakukan salam jabat komando di bawah tiang bendera merah putih. Aksi damai yang ditunjukkan oleh aparat keamanan tersebut tidak hanya berhenti di situ. Dua petugas polisi dan TNI langsung bergendongan secara bergantian sambil berjalan sekitar 20 meter.
Kopka Partika Subagyo mengatakan, kegiatan tersebut dilakukan untuk menyikapi tragedi di OKU yang melibatkan unsur satuan TNI dan Polisi. “Acara gendong-gendongan ini menunjukkan TNI dan Polri di Solo rukun. Selain itu, kami hendak menunjukkan bahwa Solo aman dan tidak terpancing dengan peristiwa kerusuhan kemarin,” ujar Partika, Jumat, 8 Maret 2013.
Ia mengatakan, jika TNI dan Polri rukun, maka rakyat pasti akan tenteram dan negara semakin kuat. Namun apabila kedua institusi tersebut tidak akur, maka negara akan hancur. “Sekarang kita pilih mana, mau hancur-hancuran atau akur? Kalau tawuran terus, malah akan ditertawai oleh anak kecil,” kata Partika. (eh)