Anggota TNI melihat guguran awan panas letusan Gunung Sinabung di Karo, Sumatera Utara, Senin (13/10/2014). |
JAKARTA, KOMPAS.com - Secara geografis, posisi Indonesia yang berada di atas lingkaran cincin api atau jejeran gunung berapi memang menguntungkan, karena menghasilkan tanah yang subur. Namun, dengan 130 gunung berapi aktif ada di Indonesia, Indonesia juga menjadi wilayah rawan, terutama bagi populasi yang tinggal di daerah terdampak kala gunung api meletus.
Dari keseluruhan korban meletus gunung api di seluruh dunia, separuh korban adalah warga Indonesia. Mereka meninggal akibat menjadi korban letusan gunung api.
"Sepanjang tahun 2000-2012 di seluruh dunia ada 12 kejadian yang menyebabkan lebih dari 1.000 orang meninggal dunia. Empat kejadiannya di Indonesia," kata ahli vulkanologi Indonesia, Surono, saat diskusi ilmiah di acara "Kuldesak Tambora" di di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (17/4/2015).
Mantan Kepala Pusat Vulkonologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM ini mengatakan, sejarah Indonesia juga diwarnai dengan letusan gunung api yang menimbulkan korban jiwa. Meletusnya Gunung Krakatau yang memicu tsunami dan Gunung Tambora adalah dua kejadian yang merenggut banyak korban.
Meletusnya Gunung Tambora di pulau Sumbawa tahun 1815 dianggap paling mematikan dalam sejarah modern. Tiga kerajaan di kaki gunung Tambora yakni Tambora, Pekat dan Sanggar terkubur.
Saat itu, diperkirakan korban mencapai 71 ribu jiwa. Bahkan sejumlah ahli menyebut bahwa korban mencapai hingga 91 ribu jiwa. Itu belum temasuk kematian global akibat badai, wabah dan kelaparan karena tempetatur jagad raya turun. Malahan, tak ada musim panas di Eropa sepanjang 1816.
Sedangkan Gunung Krakatau meletus pada 26-27 Agustus 1883, yang memicu suara letusan hingga terdengar sampai Australia dan Afrika yang berjarak 4600 kilometer. Letusan memicu awan panas dan tsunami dan menewaskan sekitar 36.000 jiwa. (Laporan: Eko Sutriyanto)