Ini Riset Soal Penyatuan Zona Waktu

Author : Administrator | Thursday, March 15, 2012 08:33 WIB
Jamur roti merah, juga mengalami jet lag saat berpindah ke zona waktu berbeda (University of Stavanger)

Riset itu, kata Hatta, dilakukan saat dia menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi.

 

VIVAnews - Selasa lalu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa berbicara bahwa sudah ada pernah riset soal penyatuan zona waktu Indonesia. Riset itu, kata Hatta, dilakukan saat dia menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi beberapa tahun lalu.

Hatta menyatakan, ada dua opsi penyatuan zona. Opsi pertama melebur tiga zona waktu jadi dua zona, sementara opsi kedua adalah meleburnya jadi satu zona saja.

Mengenai ide dua zona ini, Kementerian Riset dan Teknologi sudah melakukan riset. Dalam dokumen yang didapatkan VIVAnews, Rabu 14 Maret 2012, riset itu pernah ditampilkan dalam seminar nasional "Penyesuaian Wilayah Waktu" yang digelar Kementerian Riset dan Teknologi di tahun 2005.

Dalam dokumen ini, dijelaskan riset ini khusus mengkaji penyesuaian waktu wilayah yang sekarang berada dalam Waktu Indonesia Barat ke Waktu Indonesia Tengah atau dengan kata lain maju satu jam. Riset ini menyebutkan, ada enam ide dasar perlunya merevisi Keputusan Presiden No 41 Tahun 1987 yang mengatur mengenai tiga zona waktu di Indonesia.

Ide dasar penyesuaian ini terkait dengan pola konsumsi energi, budaya kerja, daya saing dan aktivitas perekonomian nasional. Penyesuaian waktu akan meningkatkan pemanfaatan cahaya alamiah matahari sehingga meningkatkan produktivitas masyarakat.

Ide dasar berikutnya, penyesuaian zona waktu tak pernah menimbulkan gejolak, justru memicu pertumbuhan ekonomi. Juga WIB memiliki rentang bujur yang lebar, sementara tetangga yang terletak lebih barat dari Jawa seperti Singapura dan Malaysia waktunya lebih maju satu jam alias sama dengan Wita.

Riset ini menghitung, keuntungan Singapura dan Malaysia lebih maju satu jam ini membuat aktivitas rakyatnya lebih cepat satu jam daripada di Indonesia.

Lalu bagaimana jika wilayah yang sekarang WIB mengikuti Wita? Kementerian telah meriset, ada penurunan pemakaian energi di empat provinsi di pulau Jawa. Jika konsumsi menurun, maka biaya perawatan instalasi energi juga akan berkurang, polusi juga berkurang, dan biaya investasi juga berkurang.

Dunia penerbangan yang menyasar kawasan timur juga diuntungkan jika terjadi penyesuaian zona waktu. Penerbangan Jakarta-Jayapura yang ditempuh dalam 7 jam, membuat maskapai harus berangkat lebih dini untuk menghindari kesorean tiba di Jayapura karena waktu Jayapura yang lebih lambat 2 jam. Akibatnya, "pesawat dan awaknya harus stay (overnight)."

Dengan asumsi, zona waktu disederhanakan jadi dua, akan dapat tambahan pertumbuhan penerbangan 10 persen. Kemudian kawasan timur yang hanya berselisih satu jam akan tumbuh pendapatan domestiknya karena ada mobilisasi yang lebih massif.

Bagi dunia media massa televisi nasional dan telekomunikasi, penyesuaian zona waktu juga memunculkan keuntungan sendiri. Kawasan timur tak perlu menyesuaikan pola istirahatnya mengikuti pola tayangan yang berbasis WIB yang lebih lambat dua jam.

Dan penyesuaian zona waktu ini sudah sukses di beberapa negara. Di Selandia baru, konsumsi energi listrik turun 3,5 persen.

Namun riset ini memberi sejumlah catatan. Salah satunya, akan ada efek sosial pengaturan ulang jadwal sekolah, kantor dan lain-lain yang harus diimbangi oleh peningkatan kapasitas rejim keamanan. (eh)

Harvested from: www.vivanews.com
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: