Ilustrasi penderita kusta. (VIVAnews/Muhamad Solihin) |
VIVA.co.id - Salah satu komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Ansori Sinungan, mengatakan bahwa masyarakat seharusnya tidak melakukan diskriminasi terhadap Orang Yang Terdampak Kusta (OYTK).
Salah satu penyebab banyaknya masyarakat yang melakukan diskriminasi terhadap OYTK karena menganggap penyakit tersebut menular dengan sangat mudah. Sehingga, tak jarang masyarakat mengucilkan mereka.
"Mereka tidak perlu ditakuti. Orang-orang takut tertular dan menjauhi mereka itu salah," katanya di Ruang Rapat Pleno Komnas HAM, Jl. Latuharhari, Menteng, Jakarta Pusat.
Menurut Ansori, indikasi penularannya sangat minim. Lebih dari 85 persen kasus penyakit kusta tidak menular dan tidak menyebarkan penyakit. Bahkan, 99 persen orang memiliki kekebalan alami atau resistensi terhadap kusta.
"Apalagi, Kementerian Kesehatan menegaskan bahwa penyakit ini bisa diobati, jadi jangan diskriminasi," ujar Ansori.
Selain itu, lanjutnya, stigma dan perlakuan diskriminatif terhadap OYTK juga disebabkan oleh belum adanya sebuah organisasi tingkat nasional sebagai wadah aspirasi dan perjuangan untuk menghapus segala bentuk stigma dan tindakan diskriminatif terhadap OYTK.
Maka dari itu, guna menghilangkan diskriminasi tersebut, dilakukanlah Pelaksanaan Deklarasi Federasi Reintegrasi Hansen Indonesia (FARHAN), yang merupakan tonggak baru terhadap pengakuan OYTK sebagai kelompok penyandang disabilitas dan marjinal.
Hal ini, lanjut lagi, selain untuk memperkenalkan FARHAN di Indonesia, juga dimaksudkan untuk menggalang kemitraan dengan lembaga/organisasi lain dalam rangka perwujudan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak asasi OYTK.
"Dengan adanya organisasi ini, diharapkan ada komitmen untuk menghapus segala stigma dan diskriminasi terhadap OYTK dan anggota keluarganya," ujarnya.
Ansori menambahkan, bukan hanya saja mereka yang terkena saja yang mendapatkan diskriminasi, tapi termasuk keluarga juga terkena dampak stigma ini. Misalkan saja di Sumatera Utara, ada keluarga yang diminta tinggal di gunung karena salah satu anggota keluarganya OYTK.
"Ini salah, memang ini zaman Romawi," tuturnya.