Bandara Sepinggan, Balikpapan yang sedang dibangun diyakini mampu menyerap 7.000 tenaga kerja. |
SAMARINDA, KOMPAS.com – Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami kesulitan dalam membangun konektivitas antardaerah, khususnya melalui jalur darat. Sehingga pembangunan jembatan udara menjadi salah satu solusi permasalahan konektivitas di Kaltim.
Hal itu diungkapkan Gubernur Kaltim, Awang Faroek Ishak. Awang menjelaskan, dalam upaya mewujudkan pembangunan jembatan udara, Pemprov Kaltim membangun dan meningkatkan infrastruktur bandar udara (bandara) yang tersebar di Kaltim. Diketahui, saat ini Kaltim memiliki 19 bandara yang terdiri dari 11 bandara umum dan 8 bandara khusus yang dimiliki sejumlah perusahaan.
“Bandara umum tersebut di antaranya Bandara Sepinggan di Balikpapan yang berskala internasional, dengan runway 2.500 x 45 m yang saat ini sedang ditingkatkan menjadi 3.250 meter. Saat ini, Bandara Sepinggan sedang dalam tahap pembangunan dan peningkatan fasilitas bandara, berupa pembangunan gedung terminal seluas 110.000 meter persegi, pembangunan hanggar, apron, VIP room dan fasilitas lainnya,” jelasnya.
Ditambahkan Awang, bandara Sepinggan akan memiliki gedung terminal berlantai empat yang dilengkapi area komersial seluas 33.000 meter persegi, apron 140.972 meter persegi, konsep terminal dua level, aviobridge 11 unit, check in counter (76 unit), imigration counter (8 unit), sistem penanganan bagasi dengan hold baggage screening level 4, konveyor klaim bagasi 8 unit dan 11 garbarata.
Sebagai hub (bandara pengumpul), pintu masuk dan keluar Kaltim bagi para penumpang yang berkecimpung di bidang perdagangan, pertambangan dan perkebunan, Bandara Sepinggan membutuhkan sarana berkelas dunia yang memadai. Di gedung terminal juga terdapat mal, ruangmeeting, ruang solusi, hotel, area tunggu inap, area komersial, tempat parkir luas, koneksi Wi-Fi dan sebagainya.
“Dengan segala fasilitas tersebut, Bandara Internasional Sepinggan Balikpapan menjadi bandara ketiga terbesar di Indonesia yang dikelola oleh PT Angkasa Pura setelah bandara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng, Banten dan Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali,” katanya.
Rencananya, Bandara Sepinggan diperkirakan akan rampung dan diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Februari 2014. Diharapkan bandara ini dapat memberikan multiplier effect terhadap pertumbuhan perekonomian daerah, khususnya dalam menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.
Sementara itu, lanjut Awang, di ibu kota provinsi, Samarinda, Pemprov Kaltim juga sedang membangun Bandara Samarinda Baru (BSB) untuk menggantikan peran Bandara Temindung yang sudah tidak layak karena dikepung oleh permukiman penduduk. Saat ini, prosesnya baru pembangunan sisi darat.
Kaltim juga memiliki Bandara Kalimarau di Tanjung Redeb, Berau denganrunway 2.250 x 45 meter yang mampu didarati pesawat jenis Boeing 737 seri 300 full capacity. Bandara Kalimarau menjadi salah satu pintu masuk bagi wisatawan mancanegara dan Nusantara yang ingin melakukan kunjungan wisata ke Pulau Derawan, Maratua, Sangalaki dan Kakaban.
Untuk lebih meningkatkan kunjungan wisata ke Kepulauan Derawan dan sekitarnya, juga dibangun Bandara Maratua yang direncanakan mempunyai landasan pacu dengan panjang 1.400 x 30 meter yang mampu didarati pesawat ATR-42. Bandara lainnya yang dibangun oleh Pemprov di antaranya Bandara Long Apari di Kabupaten Mahakam Ulu yang direncanakan memiliki landasan pacu dengan panjang 1.400 x 30 meter dan mampu didarati pesawat jenis Hercules.
Bandara Tanah Grogot di Kabupaten Paser direncanakan memiliki landasan pacu sepanjang 1.200 x 30 meter dan bisa didarati pesawat jenis ATR-42. Bandara Melalan di Melak-Kutai Barat dengan runway 900 x 23 meter bisa didarati pesawat jenis Cassa 212 dan Twin Otter.
Di kawasan utara yang sekarang menjadi wilayah Kalimantan Utara (Kaltara) juga telah dibangun Bandara Juwata di Tarakan dengan runway 2.250 x 45 meter dan mampu didarati pesawat jenis Boeing 738-200 full capacity. Selanjutnya, Bandara Tanjung Harapan di Tanjung Selor-Bulungan denganrunway 1.100 x 30 meter dan mampu didarati pesawat jenis ATR-42 full capacity.
Bandara Nunukan dengan runway 1.100 x 23 mampu didarati pesawat jenis ATR-42 full capacity. Lalu, Bandara Kolonel RA Bessing di Malinau denganrunway 1.400 x 30 meter yang mampu didarati pesawat jenis ATR-42 full capacity. Tidak ketinggalan pembangunan dan peningkatan Bandara di kawasan perbatasan, tepatnya pada Bandara Yuvai Semaring (900 x 23 meter) di Long Bawan-Nunukan, Bandara Datah Dawai (750 x 23 meter) di Kutai Barat dan Bandara Long Apung (840 x 23 meter) di Malinau.
Pada ketiga bandara tersebut Pemprov mengalokasikan anggaran sekitar Rp 500 miliar untuk peningkatan landasan pacu menjadi 1.600 x 30 meter sehingga bisa didarati pesawat jenis ATR-42 yang mampu mengangkut lebih banyak penumpang dan Hercules yang mampu mengangkut lebih banyak muatan berupa sembako dan kebutuhan masyarakat di perbatasan.
“Kebutuhan masyarakat di perbatasan harus dipenuhi, pelayanan yang mereka dapatkan harus sama dengan apa yang diperoleh masyarakat perkotaan. Sehingga pembangunan bandara ini harus terus dilakukan guna pemerataan pembangunan di Kaltim,” tutup Awang.