Petugas menunjukkan kartu Radio Frequency Identification (RFID) berbentuk gantungan kunci dan struk transaksi. |
VIVAnews - PT Pertamina pesimistis jumlah kendaraan yang terpasang perangkat Radio Frequency Identification (RFID) hingga akhir tahun ini tercapai sesuai target.
"Kami menargetkan tahun ini bisa empat juta unit kendaraan," ujar Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir, ketika dihubungi VIVAnews, Selasa, 3 Desember 2013.
Menurut Ali, hingga kini, jumlah kendaraan yang terpasang alat tersebut telah mencapai puluhan ribu unit. "Tentu tidak akan mencapai target. Ini saja sudah Desember baru berkisar 63 ribu unit mobil," kata Ali.
Menurut Ali, pemasangan perangkat RFID pada kendaraan di beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina yang ditunjuk juga masih sedikit.
"Ada 1.500-an kendaraan per hari. Itu dari minggu ini dan minggu kemarin," kata Ali.
Ali kembali menegaskan bahwa pemasangan alat RFID gratis alias tanpa pungutan biaya. Pertamina meminta masyarakat agar melaporkan jika ada SPBU yang meminta biaya pemasangan. "Kalau ada, laporkan saja," kata dia.
Seperti diketahui, Pertamina menggandeng PT Inti dalam memberlakukan Sistem Monitoring dan Pengendalian BBM (SMPBBM) demi penyaluran bahan bakar bersubsidi tepat sasaran. Program ini memanfaatkan teknologi RFID sebagai alat untuk mendata dan memantau penggunaan BBM.
Program ini baru diterapkan di Jakarta dan ditargetkan selesai pemasangan pada 31 Desember 2013. (art)
Nah, bagaimana langkah-langkah untuk memasang alat RFID dalam program Sistem Monitoring dan Pengendalian BBM itu? Dalam situs Kementerian ESDM dijelaskan tahapan pemasangan alat itu sebagai berikut:
Pertama, pemilik kendaraan datang ke SPBU Pertamina atau ke tempat-tempat pemasangan RFID terdekat.
Kedua, petugas selanjutnya akan mendata dengan input data dari STNK pemilik kendaraan.
Ketiga, input data diprogram melalui perangkat RFID Programmer, di mana informasi seperti nomor polisi, jenis, serta kategori kendaraan, disimpan di dalam perangkat RFID Tag.