Veri Muhlis Arifuzzaman |
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Baru akan dilantik, Joko Widodo akan membuat kebijakan yang tidak populer, menaikkan harga BBM. Hal ini menimbulkan pandangan yang pro dan kontra sekaligus. Direktur Konsep Indonesia (Konsepindo) Research and Consulting, Veri Muhlis Arifuzzaman, memaparkan kebijakan ini adalah cobaan awal.
Menaikkan harga BBM dengan mengurangi subsidi dilakukan untuk mengurangi defisit anggaran. Alokasi subsidi yang begitu besar membuat pemerintah kualahan. “Tentu ini menjadi beban, sehingga banyak program pemerintah tidak terlaksana maksimal,” papar Veri, di Jakarta, Sabtu (30/8).
Jokowi tak perlu ragu untuk menaikan harga BBM. Menurutnya, dengan menaikkan harga BBM, Jokowi malah akan semakin populer. “Jokowi tak perlu takut citranya akan turun dengan menaikkan harga BBM. Justru Jokowi harus bisa meyakinkan publik, bahwa hal itu dilakukan agar kerja pemerintah baru bisa berjalan dengan baik,”
Veri menilai, isu sensitif soal kenaikan harga BBM merupakan ujian bagi pemerintahan Jokowi-JK kedepan. Apakah Jokowi-JK mementingkan pencitraan atau kerja. Apalagi, harga BBM dinaikkan guna mengurangi jumlah defisit anggaran. “Jika tidak menaikkan BBM akan menghambat pekerjaan kenapa harus takut?,” ucap Veri.
Kekuatan yang mendukung Jokowi nantinya akan muncul. Jokowi dipilih menjadi presiden saat ini karena kekuatan rakyat. Bukan hanya dari pendukung parpol, kekuatannya berasal dari relawan dan berbagai elemen masyarakat. Mereka meyakini di tangan Jokowi, Indonesia menjadi lebih baik.
Bagaimana dengan ancaman – ancaman terkait penggulingan Jokowi? Menurutnya itu sekedar retorika. Kebijakan menaikkan harga BBM ini tentu akan dihambat koalisi merah putih di DPR. Isu ini akan dimanfaatkan untuk mendongkrak pencitraan politik segelintir individu dan parpol. “Tapi saya kira tidak masalah. Kebijakan ini pasti akan disetujui,” papar Veri