AFTA 2015, Peluang atau Ancaman bagi Pelaku Bisnis Indonesia ?

Author : Erwin Suryadi | Saturday, March 22, 2014 10:54 WIB

Pemilik pabrik yang secara teori merupakan pihak yang akan head to head melawan banjirnya produk asing ke Indonesia. Secara kenyataan, hampir tidak ada dari seluruh perusahaan industri kita yang menjalankan usahanya seluruhnya memiliki kandungan lokal 100%. Sebutlah, mesin-mesin, bahan bakunya bahkan kadang-kadang tenaga ahli pun didatangkan dari luar negeri. Tapi apakah ini salah ? Tentunya jawabannya adalah tidak, karena masih harus disadari bahwa Indonesia masih sangat tertinggal dalam pengembangan industri-industri yang memproduksi mesin, bahan baku dan bahan-bahan penunjang industri. Sehingga selama industri tersebut dapat menyerap banyak tenaga kerja, maka tugas pertama industri untuk membantu negara dalam mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia selesailah sudah.

Sesuai dengan teorinya, sebuah perusahaan akan terus dapat berkembang dan memberikan manfaat dan menciptakan inovasi manakala perusahaan tersebut mau memasukan unsur penelitian dan pengembangan yang berujung pada pembaruan dari peralatan, metode dan bahkan tenaga ahli yang mengoperasikan mesin-mesin tersebut. Akan tetapi,dikarenakan sudah memasuki comfort zone tadi, seolah-olah para pemilik pabrik tersebut enggan untuk melakukan proses penelitian dan pengembangan dengan alasan toh mesin-mesin yang sekarang pun masih cukup baik dan masih memberikan keuntungan bagi perusahaan untuk menghidupi dirinya, keluarganya dan karyawannya serta munculnya isu-isu sulitnya melakukan impor mesin yang bea masuknya sangat mahal dan sebagainya

Pemikiran ekspor itu sesungguhnya tidak salah apabila pasar di dalam negeri tidak dapat menampung hasil produksi dari pabrikan, seperti misalnya negara-negara kecil di Eropa yang jumlah penduduknya masing-masing tidak lebih dari kota Jakarta. Dengan jumlah pasar yang kecil tersebut, maka mau tidak mau ekspor menjadi jawaban dalam penyaluran kelebihan produksi yang sudah dilakukan. Tapi untuk Indonesia sendiri, ternyata berbeda, dimana masyarakat masih banyak yang belum dapat membeli produk hasil pabrikan dan bahkan mereka membeli produk asing yang sejak dulu sudah membanjiri pasar karena menangkap Indonesia sebagai sebuah potensi pasar yang besar dengan jumlah penduduk mencapai ratusan juta jiwa.

Menghadapi hal tersebut, ada beberapa sikap yang dilakukan pemilik pabrik, dimana ada beberapa perusahaan yang mencoba memperbaiki diri di sisa waktu yang sedikit ini akan tetapi ada juga pabrik yang bersikap menyerah dan pada akhirnya menutup dan memberikan pesangon kepada karyawannya. Bagi perusahaan yang mempunyai niat untuk memperbaiki diri, sebetulnya saat ini merupakan sebuah kesempatan dimana dengan berkurangnya pesaing lokal dan dengan AFTA juga bahwa seharusnya mereka dapat memperoleh bahan baku yang lebih murah. Inilah yang seharusnya menjadi semangat bagi para pemilik pabrik tersebut untuk bekerja keras dan memanfaatkan peluang dari AFTA tersebut.

Inilah peluang yang seharusnya ditangkap oleh para pengusaha kita, dimana sesungguhnya banyak kesempatan dan hal-hal positif yang bisa diciptakan pada masa AFTA tersebut, manakala pemilik bisnis tidak merasa skeptis dan anti terhadap perubahan yang ada. Disinilah mental para pengusaha kita diuji dalam menghadapi perubahan-perubahan yang ada.

Untuk itu, marilah kita renungkan dan bersikap serta munculkanlah kembali jiwa-jiwa kewirausahaan yang selama ini terlelap karena kenyamanan semu yang ada untuk mencapai Indonesia yang lebih baik.

Harvested from: http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/03/22/afta-2015-peluang-atau-ancaman-bagi-pelaku-bisnis-indonesia--641468.html
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: