Pengalaman beberapa waktu lalu selalu teringiang-ngiang di memori kepalaku. Bukan pengalaman yang cukup berarti sebenarnya, akan tetapi dari hal tersebut aku memperoleh beberapa nilai yang bisa aku mengerti. Masih jelas di ingatanku bagaimana dialog kebangsaan itu dilaksanakan. Kisah haru biru mahasiswa beserta pergerakannya yang sedikit mengalami perpecahan.
Pagi itu, hari sabtu dengan cuaca yang cerah, terjadi aksi demo dari aliansi gerakan mahasiswa FIS yang menentang dilaksanakannya acara dialog kebangsaan yang diselenggarakan oleh BEM KM UNY 2014. Pagi itu, dengan takut-takut aku memasuki gedung auditorium UNY yang merupakan tempat diselenggarakannya acara tersebut. Aku bukan takut karena melihat aksi demo tersebut, melainkan karena orang yang berdemo tersebut adalah teman-temanku sesama pengurus BEM FIS UNY 2013. Dengan peluh yang menetes melewati keningku, tak sanggup aku menghampiri teman-temanku yang sedang berdemo itu mengingat tujuanku kesitu adalah sebagai peserta dialog kebangsaan. Bukan karena alasan itu juga sebenarnya,ada alasan lain yakni sebenarnya aku juga adalah pengurus dari BEM KM UNY 2014. Sebuah dilema yang besar di hatiku, mengingat kedua organisasi yang aku ikuti tengah beselisih.
Mengatasnamakan undang-undang pemilu, aliansi gerakan mahasiswa FIS yang terdiri dari seluruh ormawa yang ada di FIS menilai bahwa BEM KM adalah robot parpol yang mendukung kepentingan parpol. Mereka menganggap bahwa dengan diadakannya acara tersebut akan mengakibatnya sebuah kampanye terselubung yang dilakukan oleh partai politik. Merekapun juga menganggap bahwa dengan diselenggarakannnya acara tersebut, maka BEM KM UNY memperoleh sokongan dana dari parpol. Saat itu aksi demo yang dilakukan oleh aliansi mahasiswa fis telah diliput beberapa media seperti kedaulatan rakayat, tribun jogja dan lain sebagainya. Melihat hal ini cukup malu sebenarnya. Sebuah tamparan yang keras bagi mahasiswa UNY tentunya mengingat almamaternya diberitakan oleh sebuah media dikarenakan suatu hal yang kurang baik.
Hari yang diwarnai ketegangan oleh dua kubu kelompok mahasiswa itu, cukup membuat mahasiswa-mahasiswa yang tercatat sebagai peserta dialog kebangsaan dibuat bingung. Sama seperti mereka, aku juga bingung. Haruskah kami meninggalkan auditorium uny atau kami harus tetap mengikuti acara ini sampai akhir. Masih jelas dingiingatanku tengah acara waktu itu, kawan-kawanku mahasiswa FIS UNY menyampaikan petisinya yang dibacakan oleh Herdi, ketua HIMA PKnH 2014 dihadapan peserta dialog kebangsaan dan pembicara yang terdiri dari 12 perwakilan parpol yang isinya menolak acara tersebut diselenggarakan. Setelah mereka menyampaikan petisinya, abang Tommy (Tommy Safarsyah) selaku ketua BEM KM UNY 2014 menyampaikan pembelaannya mengenai petisi tersebut. Dengan tujuan mulia, ia mengatakan bahwa acara tersebut diselanggarakan agar mahasiswa UNY yang masih terdaftar sebagai pemilih pemula tidak tersesat dalam pamilu legislatif.
Tujuan dari kedua kubu tersebut itu sebenarnya sama baiknya, akan tetapi pemikiran yang berbeda sering kali menyebabkan sebuah kelompok menjadi bentrok dan terjdilah konflik. Dalam sudut pandangku yang memasuki kedua organisasi tersebut, aku paham betul bahwa tujuan mereka adalah sama-sama untuk melindungi mahasiswa dan memberikan kesejahteraan mahasiswa karena meraka adalah orang yang peduli terhadap kampus dan mahasiswa. Menurutku, ada nilai sosial yang dapat diambil dari peristiwa tersebut yakni adanya rasa kepedulian terhadap almamater dan sesama mahasiswa yang ditunjukkan oleh kedua kubu tersebut. Akan tetapi cara mereka saja yang berbeda dalam menyampaikannya.
Di samping itu juga ada nilai lain yang bisa dipetik, yakni nilai ekonomi. Salah satu hal yang membuat acara tersebut ditentang adalah karena adanya anggapan bahwa BEM KM UNY 2014 mendapat sokongan dana dari parpol. Mengingat ini adalah saat-saat menjelang pemilu dan akhir-akhir ini adalah hari dimana kampanye masih berlangsung. Inilah yang menjadi spekulasi bahwa mungkin BEM KM menerima kucuran dana dari parpol sebagai uang kampanye. Memang selama ini ormawa di UNY hanya mendapat sokongan dana yang sedikit dari kampus dalam pengembangan program kerjanya meskipun program kerjaya cukup besar dan uang yang harus dikeluarkan melebihi dana dari sokongan dana kampus. Mungkin inilah yang menjadikan desas-desus bagaimana hal tersebut bisa terjadi. Mungkin aliansi mahasiswa fis menganggap bahwa untuk menjalankan progkernya, BEM KM menerima dana dari parpol. Padahal hal tersebut sama sekali tidak benar. BEM KM UNY 2014 sama sekali tidak menerima dana sepeserpun daripartai politik manapun.
Setiap manusia itu sebenarnya baik. akan tetapi karena setiap sudut pandang manusia itu berbeda, maka ideologi setiap orang akan terasa jelas sekali berbeda. Akan tetapi sebagai sebagai makhluk yang mempunyai tujuan yang sama sebaiknya kepentingan bersamalah yang diutamakan.