Imingkan rakyat dengan ide bukan uang

Author : Sholiat Alhanin | Monday, March 24, 2014 10:04 WIB

Menarik mencermati para pejabat atau timsukses pejabat datang kerumah-rumah penduduk baik dalam rangka mencari suara, sebatas bulusukan untuk melihat kondisi masyarakat atau diundang sebagai tamu hajatan. Dalam kunjungan tersebut terdapat hal penting yang tidak patut dilakukan bahkan ditiru sebagai pejabat karena selalu diiringi dengan amplop yang berisi uang yang disuguhi kepada masyarakat, isi amploppun beragam mulai ratusan, jutaan, barang berharga hingga menjanjikan suatu hal sangat pretesius.

Ini juga tidak bagus bagi pencitraan pejabat sendiri, seakan-akan pejabat tidak memiliki ide cemerlang dan hanya sanggup memberi uang tapi miskin ide. Berbeda jauh dari gelar yang disandang berderet-deret. Padahal ketika pejabat menyandang suatu jabatan dan gelar. Itu mengindikasikan kaya ide, kaya solusi dan siap mencerdaskan sebab demokrasi saat ini sangat dangkal ide menuju perubahan bahkan perubahan yang diusungpun tidak dipaparkan bagaimana strategi menuju perubahan tersebut.

Akan tetapi ada pertanyaan yang harus kita lontarkan pada pejabat publik, kenapa meraka begitu suka iming-imingkan uang dari pada mengimingkan ide pada masyarakat? Lantas apa yang salah? Secara sepintas tidak ada yang salah. Sebab santunan yang diberikan bisa membahagiakan penduduk sesaat. Namun jika melihat fenomena tersebut dari sudut pandang kepemimpinan atau dikaji dari teori kepimimpinan tentu sudah tergambar bahwa pemimpin saat ini tidak sehat dan tidak kredebelitas. Padahal  karakteristik harus dimiliki sebagai pemimpin atau calon pemimpin (1) memiliki kecerdasan cukup tinggi, (2) memiliiki kecakapan mendidik, dan (3) kecakapan memotivasi.

Tulisan ini hanya memberi pandangan lain dari sebuah realitas di tengah minimnya ide dan etika kepimpinan di era gelombang ketiga, tanpa bermaksud pemimpin tidak boleh memberi bantuan. Tapi lihatlah kondisi kapan pemimpin memberi uang dan kapan memberi ide!!! Akhirnya kembali kepada pemimpin bangsa apakah mereka ingin terus mengimingkan uang atau terus menularkan ide cerdas. Saat masyarkat disuguhi ide mahal dan ide cerdas mampu menumbuhkan jiwa kemandirian, jiwa cerdas dan jiwa yang siap berasing dalam beradaban globalisasi.

 

<p style="\\"color:" rgb(0,="" 0,="" 0);="" font-family:="" arial,="" helvetica,="" sans-serif;="" font-size:="" medium;\\"=""> Mudah-mudahan tulisan ini turut mencerahkan elemen bangsa dalam menghadapi era persaingan global nyaris tidak terkendali dalam upaya  mendukung atau memilih pemimpin menuju perubahan lebih baik.</p> <p></p>

Harvested from: http://politik.kompasiana.com
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: