Kampanye Hitam, Kebiasaan Politik Berorientasi Kuasa dan Kekuasaan

Author : Opa Jappy | Wednesday, June 04, 2014 10:37 WIB

Sederhananya, kampanye adalah memberitakan (menyampaikan sesuatu melalui tulisan, gambar, suara dengan berbagai media) daya tarik untuk mendapat perhatian, dukungan, dan pilihan. Isi pemberitaan itu, antara lain kapasitas, kualitas, bobot, prestasi, kelebihan (berdasar data, fakta, arsip, hasil yang telah ada/dicapai), dan keuntungan jika memilih sesuai yang dikampanyekan. Kampanye bisa dan biasa dilakukan oleh/pada berbagai kegiatan; dan utamanya pada proses pemilihan pimpinan (dan pengurus) di pada organisasi tertentu (ormas, keagamaan, kegiatan sekolah, kampus, dan partai politik), dan yang paling umum dilakukan adalah pada kegiatan politik.

Bagaimana dengan Kampanye Hitam;!? singkatnya adalah lawan dari Kampanye. Kampenya Hitam bisa bermakna memberitakan dan menyampaikan sesuatu yang tidak berdasar (bahkan memutarbalikan) fakta, data, arsip, dan hasil yang telah ada/dicapai, berita, dan kabar bohong tentang seseorang (dan organisasi) yang menjadi kompetitor, lawan, dan saingan pada proses pemilihan. Dengan demikian, tujuannya adalah menimbulkan ketidaksukaan (bahkan kebencian) terhadap lawan, saingan, dan kompetitior, dan selanjutnya anggota organisasi, publik, atau pun komunitas tak memilih orang, institusi yang pokok pemberitaan pada Kampanye Hitam.

Kira-kira seperti itulah, gambaran tentang Kampanye dan Kampanye Hitam. Sayangnya, banyakorang salah ngerti tentang hal tersebut, sehingga begitu cepat menuduh dan menuding orang lain (telah)melakukan Kampanye Hitam. Padahal, yang disampaikan adalah fakta dan data mal-prestasi, penyimpangan, ketidakberhasilan, dan hal-hal minus dan buruk yang sudah bukan lagi menjadi rahasia.

Hal seperti itu, gampangnya adalah pada sikon sekarang. Ketika banyak orang dan media menyampaikan tentang peran dan hal-hal yang berhubungan dengan Prabowo (pada masa 1997/1998, bahkan tahun-tahun sebelumnya) berdasar data, fakta, arsip yang ada pada Dumay dan Dunya (Dunia Maya dan Dunia Nyata), langsung (dengan cepat) dituding sebagai Kampanye Hitam.

Sebaliknya, ada iklan duka cita karena kematian Jo Ko Wi, surat ke Jaksa Agung atas nama Jokowi, initial Haji dijadikan Hubertus, dan seterusnya; jelas-jelas tak berdasar fakata, data, dan arsip namun diberitakan secara terus menerus dan masif. Hal-hal seperti itulah yang disebut Kampanye Hitam.

Selanjutnya, agaknya Kampanye Hitam telah menjadi sisi yang melekat dan tek terpisahkan dari Kampanye, terutama dalam pada dunia politik; bukan saja di Indonesia, namun di mana pun.

Hari ini, tahapan proses Pilpres di Indonesia, memasuki tahap kampanye, hal ini juga bisa berarti ada peluang untuk terjadinya kampanye hitam; yang bisa dilakukan secara sengaja atau pun tidak.

Oleh sebab itu, karena hanya ada dua pasangan kandidat, maka aparat Baswalu tidak begitu sibuk, terpecah konsentrasi, dan bisa ada pada waktu para kandidat berkampanye; termasuk mengawasi sebaran berita, poster, iklan, baliho, selebaran yang dilakukan oleh Timses mereka.

Enaknya Gimana!?

 

 

Jika, pada kampanye (resmi, berizin) maka selayaknya yang terjadi adalah para kandidat (dan juga Tim Ses) menampilkan kompetisi yang elegan dan mendidik publik; sehingga tidak asal kromo, menghantam sana-sini, segala cara dihalalkan, termasuk  memakai isu SARA.

Oleh sebab itu, para kandidat dan timnya tidak menjadikan area, arena, panggung kampanye hanya sekedar panggung hiburan, pesta, hura-hura, teriak-teriakan penghujatan terhadap lawan, dan pusat kebisingan, serta memacetkan jalan sekitar. Jika hanya itu yang terjadi, maka hanya menimbulkan kekesalan serta ketidaksukaan masyarakat.

 

Dengan demikian, jika kampanye sebagai upaya menarik perhatian, penyebaran kebaikan kebaikan dan keberhasian, serta memberi janji dan harapan baru, maka yang harus terjadi adalah penyampaian konsep, ide, atau agasan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara ke depan.

Sehingga tak nampak adanya ucapan-ucapan pelemahan (dan hal-hal lain yang tak ada hubungan dengan kedudukan serta jabatan sebagai presiden dan wakil presiden) terhadap personal dari capres/wapres. Sebab, kampanye untuk Pilpres/wapres, bukan merupalan pertarungan personal; melainkan upaya memperkenalkan diri sebagai yang paling cocok, pas, tepat sebagai pemimpin bangsa.

Jadi, para kandidat, dalam kampanyenya, jangan lagi mencoba membodohkan masyarakat yang sudah pinar dan tahu rekam jejak mereka sebelumnya; masyarakat sudah tahu dan semakin dewasa dalam berpolitik, sehingga mereka bisa memilih dan memilah dengan baik dan benar siapa yang akan menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI.

Kedua kubu Capres/Wapres; sama-sama mempunyai basis massa, pendukung, kelebihan, dan juga kekuarangan; sama-sama pernah melukai hati rakyat. Kedua pasangan tersebut pernah ada dalam lingkaran kekuasaan yang kebijakannya mencerminkan ketidakmerataan pembangunan, serta menyisahkan barisan anak negeri yang masih papa, miskin, dan terbelakang.

Lalu, siapa yang anda pilih!?
Terpulang pada diri anda
Siapa yang bakalan tampil sebagai pemenang!?
Kita lihat saja

Harvested from: http://politik.kompasiana.com
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: