Kisah seorang anak yang berperilaku tertib

Author : Aries Musnandar | Thursday, August 14, 2014 10:00 WIB

http://old.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=4889:antara-pendidikan-dasar-paud-kita-dan-australia&catid=35:artikel&Itemid=210

Ada hal yang menarik sekaligus sebagai pembelajaran dalam upaya kita membentuk karakter anak didik di sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan formal di negeri ini. Ceritanya sebagai berikut. Kawan saya yang merupakan tetangga dekat rumah baru saja kembali dari Australia setelah sekian lama (kurang lebih empat tahun) bermukim disana dalam rangka menuntut ilmu. Ia beserta Istri dan beberapa anaknya diajak bermukim di Australia.

Selama disana anak terkecil sempat diikutsertakan program Early childhood education atau disini dikenal dengan istilah PAUD yang merupakan singkatan dari Pendidikan Anak Usia Dini. Kini kawan saya sekeluarga sudah kembali ke Malang kampung halamannya kembali bertetangga dengan saya. Anak bungsunya pun telah bersosialisasi dan bermain-main ala anak-anak dengan kawan-kawan sebaya disekitar rumahnya. Ada hal menarik dalam konteks sang anak yang pernah mengenyam PAUD Australia berinteraksi dengan rekan seusianya itu. Saya perhatikan dia sangat disiplin dan ketika di masjid ia selalu mengingatkan rekan-rekannya untuk tidak berisik dan berlari-lari ketika orangs edang sholat berjamaah. Ia pun ikut dalam jamaah beserta anak seumurnya. Jikalau anak seumurnya itu kerap ribut dan mengganggu temannya tetapi ia tidak mengikuti cara tersebut bahkan dengan gerakan tangan ala orang Bule ia mengingatkan kawannya agar tidak melakukan tindakan yang mengganggu hikmatnya sholat berjamaah di masjid itu. Tentu saja perilakunya itu terbilang aneh dimata teman sepermainannya itu, namun ia tetap bergeming untuk terus mengingatkan temannya agar bersikap tenang dan santun dalam masjid. 

Kejadian lain cukup menarik terkait anak tersebut adalah ketika ia melihat kawan-kawannya membuang kemasan plastik makanan kecil  di jalanan. Lalu dengan sigap, tanpa banyak bicara ia langsung memungut sampah plastik dari kawan sepermainannya itu untuk dibuang ditempat sampah. Oleh kawan-lawannya ini perilaku baik sang anak ini dianggap lucu bahkan makin sering kemasan plastik dibuang dijalanan dengan harapan agar sang anak ini terus mengumpulkannya. Seraya tertawa-tawa dan mengejek seenaknya saja kawan-kawannya itu membuang sampah di jalanan. Peristiwa ini bukanlah lelucon dan jangan dianggap sepele. Sebaliknya saya menganggap perilaku anak-anak yang membuang sampah sembarangan sembari "mengerjai" kawannya itu merupakan persoalan serius dan mendesak untuk dibahas dalam konteks pendidikan PAUD di negeri kita tercinta ini.

Kisah nyata ini secara terang benderang paling tidak dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, bahwa pendidikan PAUD dan lingkungan di Australia ternyata sangat membekas kepada anak kawan saya sehingga dalam waktu yang relatif lama masih menetap menjadi kebiasaan sang anak dalam berinteraksi secara tertib dilingkungannya. Kedua, ternyata pendidikan PAUD dan atau SD (karena sekarang mereka berada di jenjang sekolah dasar) belum mampu menjadikan anak didik menunjukkan contoh yang baik dalam ketertiban, sopan santun, perilaku baik dan empati terhadap orang lain beserta lingkungan. Ketiga, tampaknya guru di sekolah dan orang tua dirumah yang seharusnya menjadi model langsung bagi anak didik kita ini belum mampu berfungsi sebagaimana mestinya sebagaimana yang diajarkan oleh nilai-nilai agama (Islam).

Kesimpulannya, pertama saya merasakan bahwa model program PAUD perlu secara serius ditangani terutama dalam upaya menyediakan guru yang berkualitas. Kedua,oleh karena itu perlu adanya program pendidikan guru PAUD yang komprehensif terutama dalam upaya menjadikan anak atau peserta didik memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam karakter kepribadian Indonesia. Ketiga, pendidikan SD pun juga perlu diperhatikan terkait proses pendidikannya dan juga penyediaan guru-gurunya yang berkualitas. Hal ini karena tidak semua warga bisa ikut program PAUD karena berbagai keterbatasan sehingga mesti langsung ke jennjang SD sehingga program SD perlu dipersiapkan dengan baik. Keempat, sudah saatnya juga diadakan program parenting atau pendidikan luar sekolah yang melibatkan orang tua dalam upaya bersama guru membentuk karakter peserta didik kita. Wallahu'alam

Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: