Konspirasi, Rekayasa Politik dan Pilpres 2014

Author : Aries Musnandar | Thursday, August 14, 2014 10:01 WIB

http://old.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=4871:konspirasi-rakyasa-politik-dalam-pilpres&catid=35:artikel&Itemid=210

 

Teori persekongkolan atau lebih populer disebut dalam bahasa Inggris sebagai conspiracy theory terutama dalam konteks politik kekuasaan, sosial dan sejarah merupakan hal yang niscaya. Serentetan perisitwa soisal, politik, sejarah dan aspek-aspek kehidupan manusia lain acapkali tidak terhindarkan disebabkan dari kerja-kerja persekongkolan. Teori-teori konspirasi dipakai oleh para pelaku yang memang berencana secara rahasia melakukannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Sebagian pihak mungkin tidak percaya dengan teori konspirasi ini bahkan tidak sedikit yang menganggap hal tersebut hanyalah alasan belaka untuk mengalihkan sesuatu atau paling tidak menghindar dari tudingan dan tuduhan terntentu, sehingga mereka merasakan bahwa suatu peristiwa yang terjadi adalah wajar, dapat dipahami tanpa adanya rekayasa tertentu dari pihak yang berkepengtingan untuk itu. Namun, kalangan yang giat dalam dunia politik kekuasaan utamanya sudah terbiasa dengan implementasi dari teori-teori konspirasi tersebut. Apalagi bagi kelompok yang memiliki ambisi tendensius keinginan untuk mengendalikan peristiwan terhadap kelompok lainnya bukanlah sesuatu yang mustahil. Kita kerap memperoleh kabar terkuaknya konspirasi negara tertentu dalam upaya memperoleh akses informasi terhadap negara lain. Konspirasi dilakukan tidak saja bersama negara-negara sekutunya tetapi juga bisa memanfaatkan antek-anteknya yang bisa jadi berasal dari negara yang tengah "dikerjai" nya untuk memperoleh data, informasi dan fakta yang diperlukannya.

Kita masih ingat betapa masyarakat internasional gempar atas bocornya misi rahasia negara Amreika Serikat yang menyadap pembicaraan pertelepon para pemimpin sejumlah negara di dunia. Demikian pula yang terjadi di negara kita ketika Australia ternyata diketahui melakukan misi intelijennya dengan menyadap pembicaraan pemimpin dan elite bangsa ini. Kita juga bisa dengan mudah mengetahui bagaimana sejumlah negara berhimpun dan berkonspirasi untuk "menjatuhkan" negara tertentu agar bisa dikendalikan oleh negara-negara tersebut seperti yang dilakukan oleh negara Amerika dan sekutunya yang melakukan intervensi terhadap negara Afghanistan, Irak dan negara-negara lian di belahan dunia ini. Campur tangan, konspirasi dan semacamnya itu dilakukan semata-mata agar mereka mendapatkan keuntungan atas terjaminnya kepentingan mereka terhadap negara yang diintervensi tersebut.

Saya pribadi pernah merasakan betapa negara-negara yang dikenal adi daya ikut-ikutan mengurusi urusan dalam negeri negara lain. Pada sekitar tahun 1988 saya pernah dijadikan target kedutaan Amreika Serikat di Jakarta agar mereka mendapatkan informasi seputar aktivitas Bos saya di kelompk petisi 50. Seperti diketahui kelompok ini pada masa berjayanya Orde Baru adalah satu-satunya kelompok politik yang berani mengkritik orde baru dimasa itu. Kebetulan saya sebagai asisten pribadi dan hubungan internasional pengusaha bernama Masagung yang bersinggungan dengan kelompok petisi 50. Orang suruhan Duta Besar yang menemui saya disebuah hotel ingin mendapatkan berbagai informasi dari saya terkait pendanaan kegiatan dari kelompok Petisi 50 ini. Namun, oleh karena mereka tidak mendapatkan sama sekali yang diharapkan dari saya kemudian mereka "ngacir" dari lobby hotel termpat kami bertemu tersebut. Demikianlah, kerja-kerja intelijen mereka sebagai bagian dari teori-teori konspirasi yang tentunya dipersiapkan oleh mereka dalam turut serta "mengatur" situasi peroplitikan di Indonesia.

Indonesia sebagai negara yang sangat strategis ditinjau dari banyak sisi, oleh karena itu bukan hal yang sulit untuk mengatakan bahwa negara ini menjadi sangat seksi dan menarik bagi negara-negara adi daya di dunia ini dalam menerapkan teori-teori konspirasi dimaksud. Perhelatan Pilpres di negeri ini dengan demikian bisa jadi merupakan sasaran mereka yang akan menjalankan teori-teori konspirasinya agar kepentingan yang diperlukan tetap terjaga dan dapat diraih sesuai keinginannya. Sebagai bangsa yang memiliki nasionalisme tentu kita tidak ingin ada bangsa lain yang mengatur-ngatur kehidupan berpolitik di negeri ini. Kita ingin berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah tanpa saling merendahkan satu sama lain, sehingga bangsa Indonesia dipandang tidak sebelah mata dan berada dalam posisi kesetaraan.

Oleh sebab itu mereka para elite bangsa ini bertanggung jawab untuk tidak main-main dengan permainan konspirasi bangsa-bangsa lain terutama yang memang sudah terbukti biasa menerapkan persekongkolannya di sejumlah negara di dunia ini, dan elite bangsa ini mesti berani mewaspadai konspirasi di Pilpres yang permaiannya sangat canggih ini. Mereka yang memiliki wewenang, otoritas, kekuatan dan mandat untuk menyelenggarakan negara ini mesti menyelidiki isu konspirasi, rekayas politik pada Pilpres yang baru lalu secara seksama dan rasa tanggung jawab dunia dan akherat. Subyektiftas mesti mereka tinggalkan agar mereka mampu bekerja secara lebih obyektif guna menjadikan bangsa ini sebagai bangsa besar yang mempunyai integritas.  Bukan tidak mungkin konspirasi dan rekayasa politik dalam penyelenggaraan Pilpres ini memang ada, kita tidak boleh apriori terlebih dahulu atas laporan yang disampaikan ke pihak Makhamah Konstitusi (MK). Justeru kita berharap para Hakim MK bekerja secara profesional dan menggunakan akal sehat, hati nurani dan menjaga kedaulatan bangsa sebagaimana titah konstitusi.Oleh karena itu perlu diusut tuntas laporan yang maksud terkait dengan konspirasi dan rekayasa politik dalam Pilpres 2014 ini.

Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: