(catatan kritis terkait praktek-praktek pendidikan)
Dampak dari industrialisasi dan komersialisasi pendidikan amat parah. Biaya pendidikan akan mahal, hanya orang-orang berduit yang menikmati pendidikan dengan fasilitas mewah. Sistem pendidikan menjadi pragmatis, bersifat sangat mekanistik dan transaksionalisme kegiatan pendidikan bisa jadi akan tumbuh subur. Aktivitas pendidikan seolah menyatu dengan dunia bisnis yang selalu bergerak pada ranah untung rugi, lalu orang yang terpinggirkan secara ekonomi tentu akan jauh dari pelayanan pendidikan karena status sosial ekonomi turut menjadi bagian dari acuan pelaksanaan pendidikan.
Maka terjadilah dengan apa yang dinamakan diskriminasi di dalam dunia pendidikan. Ironisnya lagi apabila pemerintah berpendapat persoalan pendidikan diserahkan saja pada masyarakat (swasta) sebagaimana pandangan sistem ekonomi liberal yang selalu menyerahkan proses ekonomi pada mekanisme pasar. Jika ini yang terjadi maka pendidikan semakin runyam tidak dapat mengangkat derajat manusia pada tingkatan budi pekerti agung (akhlakul karimah) sesuai dengan konsep perilaku yang diajarkan agama (Islam).
Proses pendidikan yang meniru proses industri hanya menjadikan anak didik seolah-olah sebagai obyek bukan subyek karena jika pendidikan mengacu pada proses industri maka pendekatan yang dilakukan menurut saya adalah behavioristik terukur. Dalam proses industri pendekatan behavioristik terukur memang diperlukan karena setiap fase dalam proses memiliki standar yang ditentukan. Sehingga keluaran atau output yang akan diperoleh sesuai dengan kepuasan pengguna atau memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Dengan demikian, barang produksi sebagai output adalah obyek bukan subyek.
Kegiatan industri dimulai dari penyediaan bahan baku mentah (raw material) yang telah distandarisasi kemudian melalui proses yang juga distandarisasi serta verifikasi hasil terhadap spesifikasi produk yang juga telah ditentukan sebelumnya (standarisasi) merupakan proses yang harus dilalui dalam kegiatan industri.
Sedangkan dalam khasanah teori pembelajaran yang mendidik kehadiran pelajar atau peserta didik bukanlah sebagai obyek melainkan subyek yang memiliki beragam potensi dan tidak selalu sama antara satu anak dengan anak lainnya. Sehingga tidak mungkin peserta didik disamakan dengan raw material dalam proses industri. Manusia sesuatu yang unik dan khas berbeda sama sekali dengan barang, bahan baku, raw material di dunia industri. Oleh karenanya tidak tepat melakukan benchmarking dalam berbagai praktik pendidikan pada fenomena industrialisasi. . ....(bersambung)