Kalau dahulu para pendiri Republik ini berhasil "memainkan kata-kata" (seperti halnya teriakan "Merdeka atau Mati") dalam arti positif untuk membangkitkan semangat bangsa serta memberikan contoh-contoh teladan dengan gaya kepemimpinan yang tidak berjarak terhadap rakyatnya, maka sekarang kita tengah menghadapi krisis keteladanan pemimpin. Para pejabat (termasuk wakil rakyat) yang diberikan amanah mengurus rakyat lebih banyak mementingkan diri, keluarga dan golongannya sendiri. Sehingga pejabat zaman sekarang makmur dan sejahtera, sementara rakyatnya banyak yang hidup sengsara, sulit memenuhi berkehidupan layak, apalagi seperti kehidupan sang pejabat itu. Acapkali elite pemimpin mempertontonkan hal-hal yang tidak menyatunya kata dan perbuatan. Elite melontarkan janji dan kata-kata sangat cair tapi kemudian tidak dipraktekkan. Misal, ada elite pemimpin berjanji didepan publik bahkan disorot media massa yg disaksikan jutaan pasang mata bahwa ia kana menyelesaikan dulu tugasnya sesuai yg diamanhkan rakyat. Tetapi nyatanya dgn mudah dia ingin beralih untuk memperoleh jabatan yg lebih tinggi, padahal belum ada bukti signifikan dan memuaskan hasil kerjanya yg baru seumur jagung. Ada juga elite yg mengkritik bahwa memilih Presiden atas dasar popularitas sangat berbahaya dan ia meminta menjalankan tugas sebagai Kepala Daerah 5 tahun dulu membuktikan hasil kerjanya. Tetapi tatkala ia dicalonkan menjadi pendamping orang yg dikritiknya sbg cawapres ia pun lupa dengan pernyataannya. Menurut saya pernyataan itu sangat prinsip karena is berani meninggalkan ucapannya demi kekuasaan semata.
Rakyat ini memerlukan keteladanan dari pemimpin. Pemimpin juga harus dapat memompa dan memacu semangat juang bangsa. Rakyat ini tidak macam-macam, mereka sangat mudah mengikuti pemimpinnya asal tidak dikhianati dalam arti pemimpin itu harus benar-benar lurus, bersih, jujur dan berintegritas.Rakyat akan marah dan antipati apabila pemimpin kerap munafik hipokrit, mengumbar kata-kata tetapi perilakunya tidak mencerminkan keindahan kata-kata yang dilontarkan, ibaratnya lidah tak bertulang, mudah berkata-kata tetapi sulit mempertanggungjawabkan perkataannya itu dalam hidup keseharian.
Kita pernah memiliki semangat juang 45 yang demikian tinggi nilainya sehingga kala itu kita sebagai bangsa berdiri tegak sama tinggi dan duduk sama rendah dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tidak ada rasa "minder" dan rendah diri di hadapan bangsa lain bahkan kita disegani lawan dan dihormati sahabat luar biasa. Fenomena itu terjadi karena kita memiliki pemimpin yang mampu memberikan semangat juang tinggi untuk rakyatnya dan pemimpin itu pun hidup dalam kesederhanaan. Pemimpin yang yang menyatukan kata dan perbuatan, sungguh kita amat mendambakannya kini. Sejarah membuktikan bahwa bangsa kita ini pernah berhasil melakukan kerja keras dengan membuahkan kemerdekaan yang selalu kita peringati dan rayakan dalam acara agustusan setiap tahunnya. Semangat 45 inilah yang patut direvitalisasi dan dipandu para elite bangsa agar dapat menjadi budaya kerja keras mengatasi berbagai persoalan besar bangsa.
(bersambung)
*) Generasi penerus dari pejuang 45