Akhir-akhir ini sangatlah ramai sekali adanya isu pro-kontra tentang harga BBM. Soal ruang Fiskal dalam skema ’subsidi BBM di APBN yang selalu menjadi polemik dalam sejarahnya. Yang masih dalam sejarahnya juga hampir selalu dalam polemik ini jika anda memerintah dan mengelola APBN, maka idenya adalah menaikan harga, dan kebalikanya jika anda diluar pemerintahan, maka idenya adalah menolak kenaikan dan mengajukan model alternatif struktur APBN yang lain.
Tetapi mari kita sadari bahwa sekarang bukanlah masa kampanye lagi, sekarang adalah waktunya presiden terpilih merancang management strategic-nya untuk periode pemerintahan berikutnya. Semua kuncinya ada di tata niaga pemerintahan sendiri, bagaimana cara management-nya berjalan, bisa saja seperti menjalankan management perusahaan yang nanti gain-nya di kembalikan kepada rakyat seperti yang dilakukan pemerintah China. Memang di setiap langkah dan kebijakan itu selalu ada risk dan return-nya, tetapi dari hal tersebut pemerintah dapat meminimkan “kemungkinan terburuk” apa yang dibebankan kepada rakyat, itulah poin utamanya. Jadi jika periode pemerintahan baru yang akan datang itu ingin dianggap “berbeda”, tentu saja management strategi yang dipilih juga harus berbeda, untuk keadaan ekonomi Indonesia yang lebih baik.
Mengenai Mangement Strategic, pada dasarnya setiap manusia yang terlahir itu diberi sebuah anugerah untuk berpikir tanpa ada batas. Manusia diberi kemampuan berpikir yang dalam, Ini dapat diartikan otak kita memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menganalisa dan memanage setiap fenomena yang terjadi di semesta alam maupun dunia manusia itu sendiri, sehingga membuat mereka manjadi kreatif.
Dengan lebih sensitif terhadap lingkungan sekitar itulah kita bisa membaca fenomena-fenomena yang terjadi dewasa ini. Setelah menemukan fenomena tersebut, segeralah melakukan riset elaborasi untuk mendapatkan sebuah ide dari fenomena tersebut.
Apakah Riset Elaborasi itu ? Riset Elaborasi adalah proses pengerjaan dengan aktivitas mengelola informasi awal (hasil pemikiran dan pengamatan), yang selanjtnya menggabungkan serta mensintesiskan secara teliti sehingga diperoleh hasil yang lebih lengkap. Jika dalam riset ini menggunakan metode problem solving, maka akan diperoleh hasil berupa konsep solusi dari proses pengolahan informasi tersebut.
Hasil dari proses itulah yang selanjutnya disebut ide, yaitu menarik benang merah dari fenomena peluang dan menjadikanya sebuah kemungkinan, dan metode analisa seperti itu dapat dipraktekan di segala bidang.
Setelah kita menemukan ide langkah selanjutnya adalah eksekusi, di sekitar kita seringkali ada paradigma ‘ide itu mahal’, tetapi menurut saya yang justru mahal adalah eksekusi, orang tua saya dulu seringkali berpesan, ‘jangan terlalu banyak ide, pilihlah salah satu yang terbaik dan lakukan’, yups itu menurut saya sangatlah benar, toh kalau kita mau merenungi buat apa juga terlalu banyak ide tetapi tidak dikerjakan.
Ide bagus itu memang mempengaruhi, tetapi bagi saya itu hanya menyumbang tidak lebih dari 15% dari sistem kerja, yang selanjutnya sisa terbesarnya akan diisi oleh strategi, eksekusi dan tentunya sang Invisible hand (Tuhan). Mari kita akui bahwa gagasan baik itu akan selalu lebih banyak daripada kapasitas untuk mengeksekusinya. Faktor utama penghambat eksekusi tentu saja modal dan fear (rasa takut), Tapi coba kita renungi lagi bahwa ada Tangan Tuhan yang tentu saja akan berperan dalam pengaturan setiap mekanisme pasar. Jadi jika niat kita baik, untuk lebih kreatif, membuka lapangan kerja dan mencari penghasilan dari itu, Why not ? Tuhan pasti akan membantu.
Coba kita lihat Brand Image rokok Sampoena Mild dewasa ini, apakah ide penciptanya dulu yang mahal ? tentu saja tidak, eksekusinya lah yang mahal, iya eksekusi yang membuat ide tersebut di terima dan dikenal di masyarakat. Andai tidak ada eksekusi tentu saja ide cemerlang rokok Sampoerna Mild tersebut tidak akan pernah dikenal di masyarakat sebagai Brand Image.
Selanjutnya hal lain dalam eksekusi yang harus diperhatikan adalah timing (waktu), timing merupakan komponen strategi yang harus diambil secara tepat dan pas dalam mengeksekusi ide. Dalam strategi timing ini, kita bisa memlih untuk menjadi first mover atau late mover.
Jika merujuk pada hasil karya pemikiran Lieberman dan Montgomery yang berjudul First Mover Advantages, first mover (pertama bergerak daripada kompetitor) tentunya akan mempunyai keunggulan sendiri, first mover akan mendapat scale of economies yang lebih besar, lebih dulu dikenal di pasar, lebih strategis masalah lokasi, hingga switching cost.
Sementara bagi late mover, keunggulan yang didapat adalah kesempatan untuk mempelajari first mover, yang selanjutnya mengambil kesimpulan serta melakukan perbaikan dari kesalahan atau kegagalan first mover tadi dalam sebuah peluang.
Tetapi hal penting terlepas dari siapakah first mover atau late mover tersebut, ide yang kita cipatakan harus dipatenkan atau trademark terlebih dahulu, untuk menghindari pembajakan atau imitasi, ini sangat penting sekali apalagi jika ide kita di bidang yang barrier of entry-nya rendah (tingkat kerumitan), akan sangat mudah sekali di bajak oleh kompetitor kita. Contoh mudahnya di dewasa ini adalah bidang teknologi, kita bisa melihat sangatlah banyak produsen ponsel dewasa ini yang meniru gaya iPhone-nya Apple.
Selain Timing dalam strategi yang juga sangat penting adalah Inersia, apakah Inersia tersebut ? Inersia adalah Kelengahan sebuah usaha, dimana usaha tersebut tidak memperhatikan perubahan jaman, seperti apa selera konsumen saat ini, sehingga memberi peluang bagi kompetitor untuk masuk di pasar. Dalam perkembangan jaman sudah tentu kita harus improve ide awal kita terhadap selera pasar terbaru,
Contohnya seperti ini, dulu ‘the big four’ produsen rokok Indonesia, Djarum, Gudang Garam, Sampoena, dan Bentoel, sama sama bersaing di jenis filter kretek, dalam perkembanganya Sampoerna memilih untuk menjadi first mover dengan memanfaatkan peluang terbaru dan menjadikanya sebuah ide menghasilkan rokok berjenis Mild. Hal itu tentu saja diikuti oleh Djarum dan Bentoel agar tidak ketinggalan kereta dengan menghasilkan bebagai jenis rokok Mild juga, Namun sayang Gudang Garam terlambat menyadarinya sehingga peringkat pasarnya pun sempat tergeser oleh Sampoerna. Inilah contoh betapa pentingnya menyadari Inersia dalam menjalankan usaha.
Inersia juga dapat menyebabkan kompetitor kita melakukan me too product (imitasi) terhadap produk kita, dimana kita lengah menjaga kualitas produk kita akhirnya kompetitor memanfaatkan peluang itu. Contohnya suksesnya seperti yang dilakukan oleh Wing’s Food dengan produknya Mie Sedap, dia berhasil memanfaatkan kelengahan Indofood dengan mengeluarkan produk-nya yang ternyata berhasil mencuri market share Indofood yang lumayan besar juga, dan persaingan itu bertahan hingga saat ini karena Wing’s Food selalu melakukan differensial (perbedaan) terhadap produk rivalnya sehingga Mie Sedap pun tetap memiliki tempat di konsumenya, sedangkan Indofood ketika menyadari itu sudah sangat terlambat karena posisi Wing’s food sudah sangat kuat di market.
Nah dari semua uraian tersebut, jelas dapat disimpulkan bahwa setiap manusia itu di anugerahi Tuhan untuk berpikir lebih kreatif dan menuangkanya dalam sebuah Ide, selanjutnya tentu saja jangan hanya membuat ide-ide tetapi eksekusikan menjadi kenyataan.
Semua analogi diatas dapat diaplikasikan di semua bidang yang kita tekuni, entah dalam skala kecil ataupun besar, termasuk juga dalam pemerintahan, terutama dalam menyikapi permasalahan BBM tersebut. Pemerintah seharusnya selalu berpegang teguh pada pendekatan Continuous Improvement dalam berkreatifitas, yaitu Plan-Do-Check-Act.
Jadi bidang apapun yang sedang kita hadapi untuk berkreatifitas, strategi tetap harus dipikirkan secara matang karena jika kita pandai membaca situasi dan strategi, tentu saja dipilihan manapun kita akan menghasilkan sebuah kesuksesan serta kebaikan.
Indonesia sangatlah dikagumi makro ekonominya, dan memiliki sumber daya alam yang sangat besar sekali. Akan tetapi dengan kelebihan tersebut, ternyata rakyat Indonesia 80% masih di bawah kemiskinan, sedangkan dengan tingginya tingkat konsumsi rakyat Indonesia seolah-olah malah menjadi petaka bagi kita sendiri dengan adanya defisit yang menggerus devisa negara ini. Dengan ini terlihat jelas bahwa management strategi kitalah yang gagal dalam aplikasinya.
Disinilah harapan rakyat sangatlah besar kepada presiden terpilih 2014 untuk membuat sesuatu yang berbeda, yang mampu membawa kebaikan bagi ekonomi Indonesia. Semua langkah memang selalu ada resiko-nya, dan rasa takut ketika memulai itu memang wajar, tetapi akan lebih baik jika kita tidak kalah dengan rasa takut tersebut, mari kita ekspresikan ide tersebut dalam sebuah eksekusi sebaik-baiknya. Untuk kebaikan kita khususnya dan untuk kebaikan Negara ini pada Umumnya.