Musuh Bersama itu bernama Narkoba

Author : Aries Musnandar | Monday, June 09, 2014 10:41 WIB

Data yang dirilis BNN (Badan Narkotika Nasional) pada tahun 2012 saja mengungkapkan bahwa pengguna narkoba di Indonesia mencapai 4,5 juta orang, bukan main banyaknya, naudzubillahi min dzalik. Padahal bisa dikatakan mereka itu berada dalam rentangan usia yang masih produktif yang bisa bermanfaat bagi bangsa dan negara. Menyaksikan pemberitaan di media massa dalam beberapa tahun terakhir ini tenyata persoalan narkoba bukannya menurun malah marak terjadi dimana-mana di seluruh penjuru Tanah Air. Ini artinya bisa jadi tahun 2013 lalu angka 4,5 juta jiwa yang terlibat Narkoba bertambah sehingga mengalahkan jumlah penduduk Singapore yang hanya 5 juta jiwa. Alangkah sia-sianya hidup manusia Indonesia sebanyak itu, apa yang telah dilakukan oleh pemegang amanah rakyat (eksekutif, legislatif dan yudikatif) dalam membendung bahkan memerangi narkoba di Indonesia?

Boleh jadi oleh karena Muslim di Indonesia adalah mayoritas maka pengguna narkoba itu juga didominasi oleh mereka yang mengaku Muslim. Padahal ajaran Islam sangat jelas dan terang benderang mengajak umatnya menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, menghindari perbuatan menganiaya diri sendiri dan menjauhi perbuatan sia-sia yang merupakan perbuatan syaithon. Baru-baru ini pemasok narkoba yang berasal dari Iran ditangkap di pantai Sukabumi yang membawa tidak kurang 7 kilogram narkoba dalam berbagai jenisnya, sungguh amat menyedihkan sekaligus menjengkelkan kenapa mereka para pemasok barang haram itu bisa demikian mudahnya masuk ke wilayah Indonesia. Jika Muslim di Indonesia adalah mayoritas maka logikanya pengguna narkoba itu juga didominasi oleh mereka yang mengaku Muslim. Padahal ajaran Islam sangat jelas dan terang benderang mengajak umatnya menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, menghindari perbuatan menganiaya diri sendiri dan menjauhi perbuatan sia-sia yang merupakan perbuatan syaithon. Baru-baru ini pemasok narkoba yang berasal dari Iran ditangkap di pantai Sukabumi yang mebawa tidak kurang 7 kilogram narkoba dalam berbagai jenisnya, sungguh amat menyedihkan sekaligus menjengkelkan kenapa mereka para pemasok barang haram itu bisa dmeikian mudahnya masuk ke wilayah Indonesia.

Boleh jadi mereka dan komplotannya telah berulangkali menyelundupkan barang syetan itu ke Indonesia, kebetulan saja ada yang tertangkap di Sukabumi, bagaimana dengan yang masuk melalui pantai-pantai lain di Indonesia yang begitu luas wilayahnya? Tentu saja persoalan ini tidak bisa dianggap sepele karena narkoba sama saja dengan korupsi kakap yang termasuk dalam "extraordinary crime", perbuatan jahat luar biasa, yang dapat merusak umat manusia dalam jumlah besar. Oleh karena itu pemimpin termasuk Presidennya tidak boleh lalai dalam memimpin negeri ini apabila tidak ingin mendapat siksa berat dalam makhamah Allah SWT di akherat kelak atas kebodohannya dalam memimpin. Saya heran sudah jelas dalam Islam menjadi seorang pemimpin itu luar biasa beratnya tetapi masih saja orang berbondong-bondong menawarkan diri ingin jadi pemimpin tanpa tahu diri dan mengaca diri, introspeksi atau dalam bahasa agamanya bermuhasabah tentang kemampuan dirinya dalam memimpin. Mereka tampak sudah dibelokkan pandangannya dan mungkin syetan telah berhasil merasuk mengiming-imingi elite bangsa ini bahwa menjadi pemimpin di Indonesia itu memang “uenak tenan”,  lebih banyak senangnya dari pada dukanya, oleh karenanya mereka merasa mampu menjadi pemimpin.

Kembali kepada soal Narkoba ini, mengurangi kejahatan narkoba bukan sesuatu yang sulit asal ada kemauan serius dari pemimpin bangsa ini. Sesunguhnya dua kejahatan besar yang tengah menimpan Indonesia adalah korupsi dan narkoba. Untuk dua kejahatan besar dan luar biasa ini mesti ditangani secara luar biasa pula dengan penuh keseirusan tingkat tinggi. Jika tidak seperti itu maka sulit untuk mengikis kejahatan narkoba dan korupsi dari bumi pertiwi Indonesia. Sang pemimpin Nasional jangan terlalu banya beretorika terkai kedua masalah besar ini. Ia mesti segera menganggap kedua kasus besar ini sebagai bahaya nasional yang amat mengerikan serta dapat mengancam keutuhan Negara. Seharusnya Presiden langsung saja memimpin di depan untuk mengganyang habis jaringan internasional dan nasional yang memasok barang haram narkoba kepada para generasi penerus bangsa ini. Dalam konteks pemberantasan kejahatan narkoba pimpinan tertinggi di negeri ini perlu bekerjasama bergotong royong dengan rakyat untuk menyikat habis penjahat-penjahat? Anggap penjahat-penjahat narkoba itu sebagai musuh bersama sebagaimana dalam masa penjajahn dulu kita memiliki musuh bersama yakni pemerintah kolonialis Belanda dan pada masa kemerdekaan kita juga memiliki musuh bersama yaitu para pemberontak yang ingin memisahkan diri daroi NKRI. Tetapi pada masa itu dengan bergotong royong bersama rakyat pemerintah berhasil mengusir penjajah dari Ibu Pertiwi dan memadamkan api pemberontakan dengan melibat pelaku makar. Cara-cara pemerintah terdahulu tersebut kiranya perlu ditiru  oleh pemrintah sekarang dalam memberantas kejahatan narkoba.

Dalam menghadapi musuh bersama yaitu penjahat narkoba para pemimpin negeri perlu turun langsung ke kantong-kantong rawan lalu lintas selundupan narkoba seperti wilayah sekitar pantai di Sukabumi dan wilayah perbatasan yang sering dijadikan lalulintas perdagangan dan penyelundupan narkoba. Presiden dan jajarannya segera mengajak rakyat berpartisipasi tetapi bukan dengan cara berpidato dilaya TV melainkan menemui langsung rakyat dilapangan yang wilayahnya rawan disusupi para pengedar narkoba. Buat program bersama rakyat dalam upaya menghadang laju perdagangan narkoba yang dilakukan musuh bersama Negara tersebut.

Sebenarnya banyak yang bisa dilakukan dalam membasmi peredaran narkoba asal sang pemimpin tertinggi tidak banyak duduk manis di Istana yang hanya menginstruksikan atau mendengar laporan tetapi tidak turun langsung ke lapangan di kantong-kantong peredaran narkoba dan meyakinkan masyarakat betapa seriusnya pemerintah menangani persoalan narkoba yang dapat menghancurkan masa depan bangsa ini.

Kejahatan narkoba merupakan musuh bersama sebagaimana penjajah dulu adalah juga musuh bersama bangsa ini yang terdiri dari rakyat dan pemimpinnya. Oleh karena itu tanpa gotong royong bersama rakyat tidak akan mungkin pemerintah sekarang ini bisa berhasil mengalahkan para penjahat narkoba yang mendunia. Mereka (para penjahat narkoba)  memiliki jaringan internasional yang luas dan ibarat negara-negara penjajah tempo dulu yang saling membantu sesuai kepentingannya, para penjahat narkoba juga demikian, mereka saling bantu membantu demi kepentingannya meraup keuntungan dari peredaran barang haram tersebut.

Apabila narkoba bersama para pemasok, pengedar dan penjualnya kita sikapi sebagai mush bersama maka mereka tidak hanya berhadapan dengan pemerintah tetapi juga rakyat banyak. Tugas pemerintah kini melakukan pendekatan kepada rakyat, lakukan kampanye secara massif dan berkelanjutan dengan melibatkan para tokoh masyarakat, kyai, ulama dan guru setempat. Tetapkan terlebih dahulu Negara dalam keadaan darurat narkoba dan jadikan narkoba itu sebagai musuh bersama lalu wujudkan gerakan nasional yang melibatkan komponen-komponen bangsa dalam memerangi persoalan narkoba

Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: