Ini bukan tentang opini pribadi saya, tetapi hasil riset dari peneliti Georgia Institut of Technology yang dipublikasikan akhir Januari 2014 yang lalu. Dari hasil penelitian tersebut diambil kesimpulan bahwa politik adalah pemecah belah yang luar biasa hebat, termasuk pertemanan di fesbuk. Penelitian yang dilakukan oleh Catherine Grevet, Loren Terveen, Eric Gilbert dari School of Interactive Computing and GVU Center Georgia Institute of Technology danDepartment of Computer Science and Engineering University of Minnesota menunjukkan bahwa orang yang mengasumsikan sebagian besar teman mereka yang mempunyai pendapat berbeda dalam pilihan politik akan dengan segera mengurangi aktifitas fesbuk sedangkan yang sebaliknya, yang berpendapat sebagian besar teman mereka memiliki pilihan pilihan politik yang sama akan lebih aktif dalam fesbuk. Selain itu sebagian besar orang cenderung akan membuat kelompok-kelompok dengan pilihan politik yang sama dan mengabaikan kelompok yang lain sehingga orang-orang akan semakin terpolarisasi kepada dua kutub yang berbeda pilihan politik. Selain itu orang-orang yang tidak suka bicara politik akan semakin menghindari fesbuk dan bosan dengan fesbuk. Mari kita amati banyaknya grup fesbuk yang berafiliasi dengan pilihan politik tertentu.
Menurut penelitian ini, orang-orang akan cenderung berinteraksi lebih banyak dengan teman-teman yang memiliki ketertarikan yang sama termasuk dalam pilihan politik, fenomena ini mereka sebut sebagai HOMOPHILY dan hal yang sebaliknya juga terjadi, mereka akan semakin jarang berinteraksi dengan teman yang memiliki pendapat yang berbeda. Dalam hal ini fesbuk tidak banyak membantu meredakan ketegangan, karena fungsi algoritmanya tidak mendukung terjadinya penyeimbangan informasi. Newsfeeds dan update yang muncul dalam dinding fesbuk cenderung lebih membuat tajam perbedaan karena sering tidak seimbang sesuai dengan pilihan politik yang punya akun berdasarkan perteman dan juga tombol like.
Hasil penelitian berdasar survey terhadap pengguna fesbuk ini menyatakan 70% persen pengguna menyatakan mereka tidak membicarakan politik dengan temannya yang memiliki perbedaan pendapat. Sekitar 60% responden menyatakan mereka akan mengabaikan serta tidak akan berkomentar terhadap status dan informasi yang mereka baca jika isinya adalah sesuatu yang tidak mereka sukai atau setujui. Jika mereka berkomentar atau membaca status yang berbeda pendapat akan menyebabkan orang tersebut mempertanyaan status pertemanan mereka dan bahkan akan terjadi ketidakcocokan.
Dan pada akhirnya, orang akan dengan mudah meng-unfriend seseorang hanya karena perbedaan pendapat itu, dan menurut riset itu banyak terjadi padahal banyak cara untuk memperbaiki pertemanan di fesbuk selain cara tersebut. Dengan fasilitas fesbuk yang cukup lengkap, maka bersembunyi (hide) dari forum chatting untuk menghidari percakapan bisa dilakukan atau cara yang lebih mudah adalah log of sementara waktu dari dinding fesbuk jka dianggap mengganggu pertemanan. Dalam hal ini para peneliti ini menyarankan agar fesbuk lebih banyak digunakan untuk menyoroti dan berbagai hal-hal yang mendukung kepentingan bersama dan bukan menjadi alat propaganda kampanye.
Sekarang mari kita intropeksi diri, seberapa besar pengaruh pilpres kemaren mampu mengadu domba kita dan membuat kita terpecah belah. Seberapa besar informasi difesbuk membuat kita marah, benci dan akhirnya memutuskan pertemanan. Penelitian setengah tahun yang lalu ini ternyata memprediksi dengan tepat apa yang terjadi saat ini di Indonesia, kita terpecah belah karena politik. Kita ternyata belum merdeka….
jurnal lengkap bisa dibaca di: https://dl.dropboxusercontent.com/u/15504661/paper430.pdf