ATREAKTIF: Koreografer Didik Nini Thowok tampil di Lawang Sewu, Semarang
|
LENSAINDONESIA.COM: Koreografer terkemuka Didik Nini Thowok tampil atraktif di Malam budaya Dies Natalis Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata ke-30, Jumat (14/9) malam, di Lawang Sewu, Jumat (14/9/2012).
Ia berhasil mengocok perut lebih dari 1.000 tamu undangan dengan tarian kreasinya yang diselipi gerakan-gerakan jenaka.
Didik tampil dengan tari kreasinya bernama Poncosari. Sesuai namanya, penari sekaligus komedian ini menampilkan tarian dari lima negara, diantaranya Cina, Barat, Jawa, dan India. Pengunjung dibuat takjub tidak hanya gemulai gerakan, tapi kepiawaian Didik mengenakan lima kostum menjadi satu. Tak ketinggalan, topeng beraneka rupa melengkapi performanya.
“Tarian yang telah membawa dirinya ke lima benua tersebut sengaja dipilih untuk merepresentasikan keberagaman budaya dan tradisi di Indonesia. Tarian ini menceritakan realita bahwa budaya kita dipengaruhi dari berbagai negara. Saya sangat bangga bisa menampilkan tarian ini di Lawang Sewu yang nuansa heritage sangat kental,” jelas Didik usai melakukan pentas.
Malam budaya ini memperingati usia Unika Soegijapranata yang telah menginjak 30 tahun. Seturut dengan semangat Mgr Soegijapranata, peringatan Dies Natalis ini seakan merefleksikan apa yang telah dilakukannya selama ini.
Malam budaya dibuka dengan penampilan 60 mahasiswa Unika Soegijapranata yang menampilkan tarian daerah dari Papua, Cina, Dayak, Jambi, Betawi, dan Jawa.
Sesuai temanya yakni ‘Keberagaman adalah Kurnia’, Unika Soegijapranata ingin mengedukasi generasi penerus betapa pentingnya mengapreasi seni budaya.
“Penting sekali memperhatikan kesenian lokal. Jangan sampai generasi penerus kita tidak tahu budayanya sendiri,” terang Rektor Unika Prof Y Budi Widianarko.
Sebelumnya, Plt Wali Kota Hendrar Prihadi dalam sambutannya menyatakan bangga peringatan Dies Natalis Unika Soegijapranata bisa semeriah ini. Apalagi diselenggarakan di Lawang Sewu, sehingga menambah keeksotikan gedung bersejarah peninggalan pemerintah Belanda tersebut.
Acara ditutup dengan menyalakan 1.000 lilin sembari menyanyikan lagu Indonesia Pusaka. Temaram cahaya lilin seolah mengajak pengunjung untuk merefleksikan makna keanekaragaman dalam keberagaman, di mana manusia saling membutuhkan satu sama lain.@yuwana