Rahman Indra, CNN Indonesia
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepedulian aktor Leonardo DiCaprio terhadap lingkungan dan pemanasan global telah menjadi perbincangan dalam beberapa tahun terakhir.
April lalu, ia mengunjungi Aceh, dan berbincang dengan Farwiza Farhan, pendiri Yayasan Hutan, Alam dan Lingkungan Aceh (HAKA). Perbincangan keduanya juga mengupas bagaimana kebakaran hutan terjadi dan eksploitasi besar-besaran untuk lahan perkebunan kelapa sawit.
Perbincangannya dengan Farwiza menjadi bagian dari film dokumenter yang ia sutradarai bersama Fisher Stevens, dan diberi judul 'Before the Flood’.
Film yang diproduksi National Geographic tersebut dirilis di internet, pada Minggu (30/10), dan menurut The Next Web, film ini tersedia di YouTube dan platform lainnya secara gratis hingga 6 November mendatang.
Berdurasi 1 jam 35 menit, film tersebut memuat perjalanan tiga tahun DiCaprio mengunjungi sejumlah negara dan berbincang dengan pejabat tinggi serta pihak terkait dengan misi yang diusungnya.
Indonesia, khususnya penggambaran kebakaran hutan tayang mulai di menit ke-46. Dari dalam helikopter, DiCaprio bersama Farwiza melihat bagaimana pemandangan di bawahnya berkabut.
“Selamat datang di Sumatera,” suara Farwiza.
Aktivis yang kemudian menerima penghargaan Whitley Award 2016 itu memaparkan bahwa DiCaprio sedang berada di Taman Nasional Leuser, tempat terakhir buat penyelamatan gajah, badak, orangutan dan harimau bertahan hidup.
Sayangnya, sejumlah perusahaan tak bertanggung jawab mengeksploitasi hingga 80 persen hutan Indonesia.
“Indonesia salah satu negara paling korup di dunia,” ujarnya menambahkan.
Perusahaan menyuap pemerintah untuk meloloskan aktivitasnya. Tahun lalu, hutan terbakar dan memberi dampak emisi karbon lebih banyak. Ini terus terjadi, dan menyebabkan tidak hanya buruk pada masyarakat sekitar tapi juga makhluk hidup yang ada di sekitarnya.
Peduli lingkungan
Potongan adegan di Indonesia menjadi bagian kecil dari film dokumenter yang menyuarakan aksi peduli lingkungan yang dibesut DiCaprio.
Di dalamnya ia juga berkunjung ke berbagai negara lain dan berbincang dengan para petinggi, pengambil kebijakan dan pihak terkait lainnya, dari mulai Sekjen PBB, Ban Ki Moon hingga Presiden AS, Barack Obama.
Film ini diawali dengan analogi dari lukisan Hieronymus Bosch, berjudul The Garden of Earthly Delights yang dikisahkan tergantung di kamar DiCaprio saat ia kecil. Lukisan ini turut memengaruhi kepedulian DiCaprio, menggambarkan bagaimana surga dapat berubah jadi neraka jika manusia abai terhadap lingkungan yang ia tempati.
Pengambilan gambar diselang-seling antara penggambaran bencana dan eksploitasi lingkungan. Kebakaran hutan hingga banjir besar. Polusi udara hingga pengeboran minyak.
Mengutip NME, film dokumenter tersebut juga menampilkan narasi bagaimana kepedulian DiCaprio terhadap lingkungan tumbuh, di antaranya pengamatannya terhadap hutan gundul dan polusi udara yang terus terjadi.
Film ini juga memuat beberapa potongan adegan film The Revenant, di mana DiCaprio turut bermain di dalamnya.
Secara keseluruhan, film dokumenter ini menyampaikan kritik pedas DiCaprio akan bagaimana masalah demi masalah, khususnya eksploitasi terhadap lingkungan terus terjadi. Jika ini tidak dihentikan, akan lebih berbahaya dan memberi dampak lebih buruk.
Kekhawatiran DiCaprio ditampilkan tidak hanya lewat narasi, tapi juga gambar demi gambar yang menggugah dan menakutkan. Penjelasan para pakar di bidangnya juga makin menguatkan kekhawatiran tersebut.
Film tersebut diakhiri dengan pidato DiCaprio saat berada di pertemuan besar PBB.
"Tak ada lagi pembiaran, tak ada lagi studi berpanjang-panjang. Ini adalah apa yang terjadi saat ini. Kita semua bertanggung jawab atas masa depan.
"