TOKYO, suaramerdeka.com – Di Philipina tidak selamanya kematian harus diratapi. Bagi masyarakat transgender di sana, paling tidak demikian yang dipertontonkan dalam film Die Beautiful arahan Juan Robles Lana dan dimasukkan dalam sesi Kompetisi di Tokyo International Film Festival 2016, kematian bisa dirayakan dengan kemeriahan layakanya seseorang merayakan ulang tahun, dan pesta perkawinan.
Kematian, tidak melulu persoalan air mata galibnya manusia kehilangan dan ditinggalkan orangorang yang dikasihinya. Lebih dari itu. Dia juga bisa menyimpan persoalan kemanusiaan yang kompleks lainnya.
Kisah tentang seorang transgender yang menjalani dan merayakan hidupnya dengan caranya sendiri, dan mewasiatkan kematiannya agar didandani layaknya pesohor dari Hollywood, seperti Julia Robert, itulah yang menyisakan konflik berkepanjangan bagi sanak kadang yang ditinggalkannya. Teristimewa perebutan kepentingan siapa yang paling layak melakukan prosesi pemakaman. Apakah keluarganya atau teman sepernasibannya sesama transgender.
Sesederhana itu saja film yang akhirnya menempatkan aktor utamanya sebagai aktor favorit dalam gelaran Tokyo International Film Festival 2016 itu, menarikan ceritanya. Tapi tunggu dulu. Dari tarian cerita yang sederhana itu, banyak tersimpan kisah menarik dan mengusik hati penontonnya. Karena keharuan dan kebanalan berkelindan di film sederhana, tapi penuh kedalaman ini.
Mengggunakan pola flashback, atau kilas balik, tokoh utama bernama Trisha, yang dilakoni dengan luar biasa oleh aktor Paolo Ballesteros, akan membawa perjalanan historiografisnya menjadi seorang transngender, dari bocah, sampai dewasa. Dari masa kanakkanak, hingga di bangku SMA sampai di bangku kuliah, dan keputusannya memilih karirnya untuk mengikuti dan menjuarai berbagai festival ratu kecantikan (beauty pagean) khusus transgender yang banyak di seantero Philipina.
Drama Thrisa yang memutuskan menjadi transgender, dengan bayaran terusir dari rumahnya, dan menegakkan nasib dengan logika dan caranya sendiri, dan dinamika drama kehidupan transgender di Philipina itulah, yang disajikan dengan luar biasa di film ini.
Selebihnya, menonton film Die Beautiful, penonton seperti diajak bertamsya ke sebuah loka kehidupan yang dekat dengan persoalan keseharian kita, yang cenderung terjadi di mana saja, tapi diabaikan masyarakat pelakunya.
(Benny Benke/CN41/SMNetwork)