By Ahmad Rosyidi
SEPUTARKUDUS.COM, UMK – Ratusan penonton memberi tepuk tangan meriah usai pementasan teater Kembali 1 (K-1), di auditorium Universitas Muria Kudus (UMK). Pementasan Teater K-1 yang didukung Djarum Foundation Bakti Budaya dan bekerjasama dengan Teater Tiga Koma itu membawakan naskah Rumah yang Dikuburkan. Redy Putra Pratama (21), Satu di antara ratusan penonton yang hadir, mengaku kagum dengan konsep lighting dan tata pangung pementasan tersebut.
Rendy begitu dia akrab disapa, sudi berbagi kesan kepada Seputarkudus.com tentang pementasan teater K-1. Dia mengatakan kurang begitu paham dengan alur cerita yang dibawakan, karena menggunakan bahasa yang baku dan sulit dipahami. Namun, konsep lighting dan tata panggung yang ditampilkan sangat mengagumkan, dan ingin menerapkan konsep tersebut pada pentas yang akan ditampilkan teaternya.
“Kalau alur ceritanya saya kurang paham. Bahasanya terlalu baku, jadi agak bingung. Tapi saya salut dengan konsep lighting-nya. Saya punya referensi baru soal tata panggung dan lighting yang bisa saya. Saya sangat mengapresiasi, sukses terus untuk teater K-1,” ungkap anggota teater Coin Fakultas Ekonomi UMK itu, usai pementasan.
Rendy menyaksikan pementasan bersama empat temannya dari Teater Coin. Dia dan teman-temannya juga merasa kesulitan untuk memahami. Tetapi secara garis besar dia menangkap bahwa pertunjukan Rumah Yang Dikuburkan bercerita tentang perubahan zaman. “Tadidi akhir cerita para pemain terlihat sedang sibuk dengan aktivitas masing-masing karena teknologi yang semakin canggih,” terang pria asli Pontianak itu.
Zakaria (45), satu diantara anggota teater K-1, menjelaskan, naskah tersebut sudah pernah dipentaskan di acara Festival Teater di Jakarta. Pentas tersebut mendapat nominasi musik terbaik. Dia juga menjelaskan, untuk proses pementasan, mereka membutuhkan waktu persiapan latihan sekitar kurang lebih satu tahun.
Dia datang ke Kudus bersama rombongan Teater K-1 yang berjumlah sekitar 25 orang. “Teater K-1 ini berdiri sejak 1 Maret 2008. Kami menggunakan nama Kembali Satu karena dulu pernah berteater bareng, trus sempat sibuk dengan kehidupan masing-masing. Karena ingin kembali berteater, munculah nama ini,” jelas pria yang menekuni teater sejak tahun 1990 itu.
Helmi Aditia (20), satu di antara anggota Teater Tiga Koma, menerangkan, mereka bisa bekerjasama dengan teater K-1 berkat tawaran orang yang dekat dengan mereka. Kemudian disepakati untuk ikut membantu proses pementasan di UMK tersebut.
“Semua berjalan lancar. Pementasan kami buat dua kali, yaitu sore mulai pukul 15.30 WIB dan malam mulai pukul 20.00 WIB. Penonton yang hadir sekitar 250 orang, sore 100 orang dan malam sekitar 150. Itu dari jumlah tiket terjual, belum termasuk tamu undangan,” terang warga Desa Gondosari, Kecamatan Gebog, Kudus itu.