Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr. H. Agung Danarto, M. Ag. (Foto: Rino/Humas) |
Islam yang berkemajuan merupakan bentuk transformasi Al Maun untuk menghadirkan dakwah dan tajdid dalam pergulatan kehidupan keummatan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Agama Islam yang bercorak maju dan mencerahkan merupakan wujud dari pandangan keagamaan yang bersumber pada Al Qur'an dan As Sunnah dengan mengembangkan ijtihad di tengah kehidupan modern di abad ke-21 yang kompleks.
"Islam yang berkemajuan menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan dan kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh ummat manusia," demikian pesan utama yang diuraikan Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr. H. Agung Danarto, M. Ag. dalam kesempatan menjadi khatib pelaksanaan shalat Idul Adha di lapangan Helipad Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Minggu (10/8) pagi.
"Islam yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan tanpa diskriminasi. Islam yang menggelorakan anti perang, anti terorisme, anti kekerasan, anti penindasan, anti keterbelakangan, dan anti dalam segala bentuk pengrusakan di muka bumi, seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemungkaran yang menghancurkan kehidupan ummat manusia," urai Agung.
Baca juga: Tiga Persepektif tentang Indonesia Berkemajuan menurut Muhammadiyah
Islam yang secara positif, lanjut Agung, melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku, ras, bangsa, golongan dan kebudayaan ummat manusia di muka bumi. Karakter Islam yang berkemajuan telah memberikan kekuatan yang dinamis, dalam menghadapkan Islam dengan perkembangan zaman. Dalam penghadapan Islam atas realitas zaman itu dikembangkan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dan ilmu pengetahuan.
Islam dalam pergumulan dengan kehidupan sepanjang zaman, sambung Agung, harus diwujudkan dalam amal. Islam sangat menjunjung tinggi amal, sejajar dengan iman dan ilmu. Sehingga Islam hadir dalam paham keseimbangan sekaligus membumi dalam kehidupan. Dalam kehidupan yang konkrit, tidak ada manisfestasi lain dari Islam, kecuali dalam amal shaleh.
"Islam memiliki pandangan tentang masyarakat yang dicita-citakan, yakni masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam pesan Al Qur'an, masyarakat Islam diidealisasikan sebagai perwujudan khaira ummah (ummat terbaik) yang memiliki posisi dan peran sebagai ummatan washatan (ummat tengahan), dan syuhada alannas (pelaku sejarah) dalam kehidupan manusia," papar Agung.
Masyarakat Islam adalah suatu masyarakat yang di dalamnya ajaran Islam berlaku dan menjiwai seluruh bidang kehidupan yang dicirikan oleh pertama, bertuhan dan beragama. Kedua, berpersaudaraan atau ukhuwah. Ketiga, berakhlak dan beradab. Keempat, berhukum syar'i. Kelima, kesejahteraan. Keenam, bermusyawarah. Ketujuh, berikhsan. Kedelapan, berkemajuan. Sembilan, berkepemimpinan. Kesepuluh, berketertiban.
Baca juga: Satu-satunya Perwakilan PT Swasta, Luthfin Belajar Industri Peternakan Ke Australia
Dengan demikian masyarakat Islam menampilkan corak yang bersifat tengahan yang melahirkan format kebudayaan dan peradaban yang berkeseimbangan. "Masyarakat Islam yang dicita-citakan tersebut, memiliki kesamaan karakter dengan masyarakat Madani atau civil society yang maju, adil, makmur, demokratis, mandiri, bermartabat, berdaulat dan berakhlak mulia, yang dijiwai nilai-nilai Ilahiyah," terang Agung.
Masyarakat Islam sebagai kekuatan Madani, menjunjung tinggi kemajemukan agama, dan pemihakan terhadap kepentingan seluruh elemen masyarakat, perdamaian dan nir-kekerasan. "Serta menjadi tenda besar bagi golongan dan seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi," tandas Agung.
Sementara itu, terkait dengan penyediaan hewan kurban, UMM telah menyiapkan 7 sapi dan 13 kambing. Hewan kurban ini didistribusikan ke beberapa titik, seperti di wilayah dakwah UMM yang ada di Malang Selatan, serta sejumlah titik di penempatan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata. Selain itu, tentunya di bagikan ke sekitar masyarakat Kampus III UMM.
Kampus Putih sendiri melaksanakan shalat Idul Adha di dua tempat berbeda. Shalat Idul Adha di Kampus III UMM Jalan Raya Tlogomas diimami oleh Ustadz Anry Oktapiansyah, S.Sy. Sementara di Kampus II UMM Jalan Bendungan Sutami yang berlaku sebagai khatib, ialah Azhar Muttaqin, M.Ag, sementara imam Ustadz Wahyu Hidayat. (riz/can)