Prof. Dr. drh. Lili Zalizar, MS. Dosen Program Studi Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (Foto : Istimewa) |
Baru-baru ini, penyakit antraks di Gunungkidul, Yogyakarta tengah menjadi sorotan. Pasalnya, kasus antraks tersebut telah menelan tiga korban jiwa dan sebanyak 93 orang dilaporkan positif antraks setelah mengonsumsi daging sapi yang sudah mati. Faktanya, wabah ini bukan kali pertama terjadi di Yogyakarta.
Melihat fenomena itu, Prof. Dr. drh. Lili Zalizar, MS. mengatakan bahwa Penyakit antraks ini sulit diberantas karena ditularkan melalui spora anthraks yang tahan di tanah selama bertahun tahun. “Karena tahan sampai puluhan tahun di tanah, kemungkinan ternak bisa terinfeksi karena makan rumput yg tercemar spora antraks. Oleh karena itu, ternak yang mati diduga karena antraks harus dikubur dengan kedalaman minimal dua meter,” ungkap Lili.
Lebih lanjut, dosen prodi peternakan UMM itu menjelaskan, antraks merupakan penyakit yang dapat menular ke manusia (zoonosis) yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Penularan terjadi melalui spora anthrax yang bisa masuk melalui tiga jalur.
Baca Juga : Ingin Pensiun Dini? Simak Saran dari Dosen Manajemen UMM Ini
“Pertama spora antraks bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran nafas (terhirup) yang dapat menyebabkan sesak nafas hingga berujung pada kematian. Selain itu spora antraks bisa masuk melalui luka pada kulit yang bisa menyebabkan bisul atau pembengkakan di tempat yang terinfeksi. Ketiga spora antraks masuk ke saluran pencernaan dari daging hewan yang tidak dimasak dengan baik atau dengan suhu tinggi,” jelas Lili.
Lili juga menambahkan gejala klinis pada hewan yang terserang antraks yaitu berupa kejang kejang dan tiba-tiba jatuh. Selain itu juga ditemukan keluarnya darah dari mulut, hidung, anus dan vagina pada ternak betina.
“Sebaiknya, para peternak dapat segera lapor ke dinas peternakan atau mantri hewan jika hewan ternaknya menunjukkan gejala tersebut. Para peternak juga dilarang keras untuk menyembelih hewan yang diduga terkena antraks karena darah yang keluar pada waktu penyembelihan berisi bakteri antraks. Selain itu, di daerah endemik antraks seharusnya dilakukan vaksinasi secara reguler,” tegas Lili.
Dosen asli Subang, Jawa Barat juga memberikan beberapa tips untuk masyarakat yang ingin mengonsumsi daging agar tetap aman. Di antaranya yaitu pastikan membeli daging yang ternaknya disembelih di rumah potong hewan (RPH). Daging juga harus dimasak dengan suhu tinggi agar spora yang ada di daging mati.
“Daging sebaiknya dimasak menggunakan presto atau autoclave dengan suhu 121 derajat celcius selama 15 menit. Kemudian, direbus kembali dengan suhu 100 derajat celcius selama satu sampai dua jam,” papar lili.
Baca Juga : Ikom UMM Kembangkan Puluhan Potensi Wisata di Jawa Timur
Terakhir, ia juga menegaskan, selain menyerang sapi penyakit antraks juga bisa menyerang hewan lainnya seperti kambing, domba, kerbau dan juga babi. Penyebaran antraks antar hewan biasanya terjadi karena hewan ternak memakan rumput yang dekat dengan tempat di mana hewan tertular antraks dikubur. (Zak/Wil)