Diklat Bela Negara FPP UMM di Pusat Pendidikan Arteri Pertahanan Udara (Foto: Istimewa) |
Rangkaian panjang Diklat Bela Negara Fakultas Pertanian Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) akhirnya berakhir pada Sabtu (20/11). Ratusan mahasiswa baru dilatih untuk menguatkan fisik dan mental agar dapat melewati perkuliahan dengan maksimal. Selama enam hari, para mahasiswa baru diharuskan menginap di Pusat Pendidikan Arteri Pertahanan Udara (Pusdik Arhanud).
Rangkaian acara resmi diakhiri dengan upacara penutupan yang khidmat. Adapun Wakil Rektor III UMM Dr. Nur Subeki, ST. MT. didapuk menjadi inspektur upacara. Dalam sambutannya, ia mengatakan bahwa Pengenalan Studi Mahasiswa Baru (Pesmaba) dan Diklat Bela Negara memiliki makna yang luar biasa. Salah satunya agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami serta menumbuhkan kesadaran akan kebhinekaan.
Selain itu, mahasiswa juga diharapkan sudah mengenal dan menerapkan nilai nilai dari empat pilar Indonesia. Di antaranya Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika.
Baca juga : E-Sport UMM Gelar Kejuaraan Mobile Legend Nasional
“Pada agenda bela negara ini, saudara-saudara juga sudah diberikan materi tentang nusantara serta bagaimana pemuda menghadapi tantangan zaman. Semua itu disiapkan agar saudara-saudara bisa menyongsong masa depan dengan baik,” tuturnya.
Nur Subeki, panggilan akarabnya, juga menyampaikan bahwa adanya Covid-19 telah mengubah pola kehidupan. Hal serupa juga mengakibatkan cepatnya impelemntasi revolusi industri 4.0 dengan pola-pola digitalnya. Beberapa pola yang Nur Subeki sampaikan antara lain internet of thing dan remote controlling technology. Di samping itu, belakangan juga muncul pola-pola digital farming serta artificial intelligent (AI).
“Mahasiswa baru harus segera berbenah dan menyiapkan diri. Memahami berbagai pola digital yang semakin ke sini semakin banyak. Setlah itu, memanfaatkannya untuk menciptakan inovasi-inovasi solutif di tengah masyarakat nanti,” tambahnya.
Baca juga : Tim UMM-SD Aisyiyah Kota Malang Tampilkan Kisah Wendit ke Korea Selatan
Selain memahami pola digital, Nur Subeki juga menuturkan bahwa menjadi seorang pemimpin juga harus menguasai 5C. Pertama, communication yakni kemampuan untuk bisa berinteraksi dengan baik sehingga mampu memunculkan kesempatan-kesempatan. Kemudian kemampuan critical thinking dan creative and innovative. Ia mengatakan bahwa berpikir kritis akan memberikan jalan keluar dari sbeuah masalah, sementara kreativitas akan memberikan hal-hal baru yang bisa membantu masalah terkait.
“Dua yang terakhir yakni collaboration dan confindence. Maka, gantungkan cita-cita saudara setinggi langit dan bangunlah tangga untuk menggapainya. Ingatlah semboyan Kampus Putih ‘Student Today, Leader Tomorrow',” jelasnya mengakhiri. (wil)