Darul Arqam Top Manager di UMM (Foto : Rino Humas) |
Islam itu berkemajuan bahkan sangat berkemajuan. Hal ini tercermin melalui para pendahulu yang menggabungkan antara risalah islam dengan kemajuan teknologi sains. Contohnya saja sepeti Ibnu Sina yang menemukan dan menerapkan ilmu kedokteran modern dengan risalah islam. Hal ini disampaikan oleh Dr. H. M. Saad Ibrahim, M.A selaku Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam pembukaan Darul Arqam Top Manager Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah. Agenda yang dilaksanakan sejak 27 Juni di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu diikuti oleh pimpinan universitas zona 5, yaitu yang berlokasi di Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT.
“Darul arqam ini merupakan bagian dari wasilah yang diamanatkan oleh Muhammadiyah untuk menyatukan pikiran. Ini juga menjadi bagian dari ta’aruf kita untuk saling bertukar pikiran membangun keilmuan di lingkungan Muhammadiyah,” ucapnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa Muhammadiyah dengan cara luar biasa memadukan antara ilmu agama dengan ilmu sains untuk menghasilkan basis keilmuan berkemajuan. Adanya proses pemberian unsur keagamaan di dalam sains merupakan tuntutan di dalam Alquran. Misalnya saja ayat yang turun pertama kali yang bermakna ‘iqra’. Hal ini mengisyaratkan bahwa untuk menciptakan Islam berkemajuan, literasi tidak cukup tapi juga diberikan jiwa melalui penyempurnaan sains dan agama.
Baca juga : Wamenaker RI Sebut CoE UMM Jadi Percontohan yang Strategis
Ia memberikan permisalan the golden age of islam pada masa kepemimpinan Bani Abbasiyah. Ada banyak ilmuan seperti Ibnu Sina yang berkecimpung di dunia ilmu pengetahuan dan kedokteran, Al-Khawarizmi yang menemukan bidang keilmuan aljabar, hingga Habash Al-Hasib sebagai seorang astronom dan matematikawan, juga beberapa ilmuan lainnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Diktilitbang PP Muhammadiyah Prof. Dr. Khudzaifah Dimyati mengatakan, melalui darul arqam ini para pimpinan universitas harus mampu mengelobarosi ruh ideologi Muhammadiyah. Ruh risalah Islam berkemajuan ini merupakan strategi bagaimana menciptakan ideologi yang tidak kaku, rigit, dan dalam posisi yang benar.
“Ke depannya, perlu adanya pengembangan ideologi Muhammadiyah yang diimplementasikan dalam bentuk ilmu pengetahuan karya ilmiah yang dipublish di level internasional. Hal ini agar Muhammadiyah tak hanya dikenal oleh masyarakat domestik saja namun juga masyarakat Internasional,” tegasnya.
Bachtiar Dwi Kurniawan, MPA. selaku ketua Majelis Pembinaan Kader Muhammadiyah dan Sumber Daya Insani PP Muhammadiyah menambahkan bahwa peneguhan ideologi Muhamamdiyah menjadi tugas yang diberikan seluruh jamaah dalam Muktamar. Agenda ini menjadi peneguhan dan paham Islam di semua PTM dan PTA. “Kenapa dilakukan peneguhan berulang kali? karena pasti sebagai manusia, terkadang iman kita mengalami naik turun. Sama halnya dengan komitmen bermuhammadiyah yang akan mengalami pasang dan surut,” tegasnya.
Baca juga : CJ-Fest UMM, Hasilkan 10 Portal Berita dan 2.000 Karya
Terakhir, Rektor UMM Prof. Dr. Nazaruddin Malik, SE., M.Si. menyampaikan bahwa pengembangan Alislam dan ke-Muhammadiyaan perlu diperkaya dengan sejarah pemikiran Muhammadiyah, amal usaha, keterkaitannya dengan pancasila, bhineka tunggal ika, dan negara kesatuan Indonesia. “Melalui kegiatan seperti ini, semoga bisa melahirkan pemimpin yang tidak hanya baik dalam pengelolaan perguruan tinggi tapi juga memiliki instuisi rihani. Sebuah kesiapan rohani dalam menghadapi berbagai keadaan,” pungkasnya. (tri/wil)