Di UMM, Kemendikbud Sosialisasikan Kebijakan Pendidikan Keluarga

Author : Humas | Rabu, 24 Mei 2017 12:17 WIB
Staf bidang pendidikan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE KK) yang juga istri Mendikbud, Suryan Widati SE MSA Ak saat menceritakan tentang berbagai kasus yang muncul di kalangan pelajar. 

MENYIKAPI berkembangnya kecanggihan teknologi, maraknya kasus kekerasan pada anak, dan makin menyebarnya peredaran narkoba di lingkungan pelajar mendorong Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (LP3A) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) susun program utama pelibatan keluarga di satuan pendidikan. Program utama ini lantas disosialisasikan pada berbagai elemen di auditorium hotel UMM Inn, Rabu (24/5).

Program utama pelibatan keluarga di satuan pendidikan tersebut di antaranya anjuran orang tua untuk mengantar anak di hari pertama sekolah. Hal ini, menurut Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga Dirjen PAUD dan Pendidikan Masyarakat Kemendikbud, Dr Sukiman MPd adalah hal yang penting untuk membangun kepercayaan anak dan memotivasi anak lebih semangat belajar.

Di depan 150 peserta seminar, Sukiman lalu menyanyikan lagu Hari Pertama Masuk Sekolah. “Hari ini hari pertamaku, hari pertama ke sekolah, senangnya hatiku diantar ayah ibu, pergi berangkat ke sekolah, senangnya hatiku bertemu teman baru, guru baru, tentulah ramah, ayo ke sekolah, ayo ke sekolah,” demikian lirik yang dinyanyikan Sukiman diikuti oleh peserta.

Program utama lainnya yaitu pertemuan orangtua siswa minimal 2 kali tiap semester untuk membahas perkembangan dan kendala anak di sekolah, adanya pendidikan parenting oleh paguyuban wali murid, mendatangkan alumni sekolah untuk memberi motivasi saat pembinaan upacara bendera, dan mengadakan pameran karya dan pentas seni di akhir tahun.

Peran keterlibatan keluarga, lanjut Sukiman, penting digalakkan karena akan menimbulkan dampak psotif yang besar pada anak. “Akan meningkatkan keinginan anak untuk melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi,” tutur Sukiman.

Anak yang enggan melanjutkan sekolah, meski secara finansial tergolong cukup, bisa jadi disebabkan oleh kurangnya keterlibatan orang tua secara emosi. “Jadi, faktor kemiskinan itu sejatinya bukan faktor utama. Anak dari keluarga kurang sejahtera juga bisa memiliki motivasi belajar dan prestasi yang tinggi bila orang tua terlibat,” tegas Sukiman.

Sementara itu, staff bidang pendidikan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE KK) yang juga istri Mendikbud, Suryan Widati, SE MSA Ak mengungkapkan miris menyaksikan kasus yang muncul di kalangan pelajar, baik pelajar yang mulai mengenal narkoba, kekerasan, bahkan pornografi. Di antara penyebab munculnya kasus-kasus ini adalah anak yang mulai mengenal gawai dan orang-orang yang eksis di media sosial dan menyebarkan nilai-nilai kurang positif pada masyarakat, khususnya pelajar, yang lantas dijuluki artis. “Masalah yang muncul pada anak bukan menjadi tanggung jawab sekolah semata. Kesinambungan orang tua, sekolah, dan masyarakat adalah mutlak,” tegas Widati.

Oleh karenanya, menjadi hal yang urgen untuk diperhatikan mengenai kegiatan anak sepulang sekolah sebelum sampai di rumah. “Komunikasi antara orang tua dengan guru kelas wajib dijaga untuk memantau anak-anak kita,” pesan Widati.

150 peserta yang hadir yakni para stakeholder di dunia pendidikan, baik secara langsung maupun tak langsung. Di antaranya, kepala PAUD, kepala sekolah TK, SMP, dan SMA se-kota Malang, lurah, camat, PKK, Aisyiyah, dan dinas pendidikan. Selain Sukiman dan Widati, pemateri di sesi kedua yakni Staff Khusus Kemendikbud Nasrullah S Sos MSi dan dekan Fakultas Psikologi yang juga psikolog perkembangan anak Dr Iswinarti MSi. (ich/han)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image