Suasana dialog kebangsaan yang diselenggarakan oleh BEM UMM (Foto: Istimewa) |
Baru-baru ini Indonesia digemparkan kembali dengan isu terorisme. Adapun isu tersebut mencuat karena ada mahasiswa di salah satu kampus di Malang yang terindikasi bagian dari jaringan ISIS. Melihat akan hal itu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bekerja sama dengan Cangkir Opini dan Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Jawa Timur melangsungkan dialog kebangsaan. Adapun seminar yang diadakan pada akhir Mei ini mengangkat tema “Gerakan Filantropi Perdamaian”.
Dialog tersebut mengundang Ustadz Jack Harun, Drs. H. Supriyadi MM., Drh. Zainul Muslimin dan Hasnan Bachtiar S.Sy., MIMWADV. Diawali oleh Supriyadi selaku perwakilan dari Kementrian Agama (Kemenag) Jawa Timur yang menjelaskan bahwa perkembangan filantropi di Indonesia tidak lepas dari tiga poin yaitu amal syariah, aman regulasi, dan wakaf produktif. Adapun ketiga poin tersebut memiliki peran penting pembangunan ekonomi dalam gerakan filantropi di nusantara.
“Adapun bentuk filantropi ini tidak terbatas pada gerakan perdamaian saja, tetapi juga harus bergerak dalam aspek eknomi,” ujar Supriyadi.
Pada kesempatan yang sama, Zainul Muslimin selaku ketua Lazismu Jawa Timur mengungkapkan bahwa saat ini filantropi di Indonesia masih belum berhasil. Terus terang, ia mengatakan bahwa faktor kemiskinan menjadi salah satunya. Apalagi banyak dari masyarakat yang sudah terlarut dalam zona nyaman itu. Hal itu bisa dilihat ketika pada kenyataannya masyarakat masih miskin, namun mereka tidak mau dan enggan mengakui itu.
Baca juga : FKIP UMM Jelaskan CoE pada Himpunan Dosen PGSD se-Indonesia
Di samping itu, ia juga memaparkan tentang pemenangan narasi perdamaian di media sosial. Apalagi mengingat medsos saat ini menjadi kebutuhan pokok informasi. “Menurut saya, sudah saatnya anak muda untuk memenangkan narasi perdamaian di media sosial. Jangan hanya puas menjadi konsumen saja, tetapi harus bisa merubah perilaku sosial,” ucap Zainul.
Sementara itu, Ustadz Jack Harun menceritakan bahwa ia adalah seorang mantan narapidana terorisme. Menurutnya, kelompok teroris di Indonesia memiliki tujuan untuk menandingi kekayaaan dan kesuksesan orang kafir (non-Islam). Tetapi cara yang dilakukan kelompok ini lebih menghalalkan segala cara, bahkan mengancam keselamatan rakyat. Menurutnya, apa yang ia lakukan pada masa lampau menjadi sejarah kelam bagi Indoneisa terutama agama Islam itu sendiri.
“Alhamdulillah saat ini saya sudah kembali untuk membela NKRI. Tetapi ancaman tidak selesai begitu saja. Masih ada banyak orang yang fanatik fana dengan ekstrimis. Akan selalu ada dan terus mengancam orang-orang yang berpihak ke NKRI,” imbuh Jack.
Baca juga : Strategi Financial Plan Anak Muda ala Dosen UMM
Akhir acara ditutup dengan pemaparan oleh Hasnan Bactiar selaku dosen Hukum Keluarga Islam (HKI) UMM. Ia menjelaskan bahwa dunia ini saling terhubung satu sama lain. Menurutnya negara dengan penduduk terbanyak selalu akan berpotensi melahirkan kelompok atau gerakan ekstrimisme.
Terkait gerakan filantropi, ia mengatakan bahwa terkhusus di Indonesia, ada 20% orang kaya yang kekayaannya setara dengan 50% seluruh penduduk Indonesia. Sedangkan dari sepuluh orang terkaya di Indonesia hanya satu yang beragama Islam. “Dalam membangun filantropi perdamaian, upaya deradikalisasi harus dimasifkan. Terutama di tempat yang banyak bermunculan paham ekstrimis,” jelasnya. (haq/wil)