Krzysztof Szwarc, dosen dari WSB University of Poznan, Polandia (Foto : Istimewa) |
Jika Indonesia digadang-gadang akan mencapai Indonesia Emas pada tahun 2045 karena bonus demografi, hal sebaliknya justru terjadi di Polandia. Saat ini, Polandia memiliki indeks demografi yang kian merosot. Hal itu disampaikan Krzysztof Szwarc, dosen dari WSB University of Poznan, Polandia pada Visiting Lecturer Class dan diskusi terpumpun tentang bonus demografi. Adapun agenda ini diselenggarakan Program Studi Akutansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), akhir Juni lalu.
“Masyarakat Polandia memiliki kecenderungan berpikir bahwa yang utama adalah bekerja dan mencapai kejayaan. Mereka menjadikan keluarga sebagai pilihan keempat bahkan bisa jadi pilihan terakhir,” ucap Kryz.
Ia yang fokus meneliti tentang demografi mengatakan, penurunan tingkat kelahiran di Polandia sangat berbanding terbalik dibandingkan dengan Indonesia. Bahkan semakin tahun grafiknya semakin menukik.
Baca Juga : Renjana Askala, Pagelaran Drama Cerita Anak dari PGSD UMM
“Pada tahun 2016, pemerintah Polandia bahkan membuat program sosial untuk keluarga. Bagi individu yang berkeluarga dan memiliki keturunan, mendapat tunjangan dari pemerintah senilai 50 juta rupiah. Sayangnya, penawaran ini tak membuat masyarakat berubah,” urainya.
Hal inilah yang membuat Krzys sendiri tergerak dan mendalami demografi Polandia ini. Ia ingin mengetahui lebih jauh dan rinci, mengapa masyarakat Polandia memilih demikian. “Saya terus mencari tahu kenapa Polandia mengalami krisis demografi. Hal ini bisa saja didasari pola pikir masyarakat yang memandang bahwa memiliki keluarga adalah sesuatu yang ribet. Maka dari itu, melalui acara Lecturer Visiting Class ini saya berharap bisa saling berbagi banyak hal mengenai keadaan demografi masing-masing negara. Semoga juga dapat mempererat hubungan bilateral dan kerjasama,” kata Krzys mengakhiri.
Baca Juga : Tapfirts, Kartu Nama Digital Kaya Fitur Ciptaan Mahasiswa UMM
Senada dengan Krzys, Ketua Program Studi Akuntansi Dr. Driana Leniwati, MSA., Ak. menyampaikan bahwa pihaknya berharap momen ini menjadi rantai yang mempererat hubungan kerjasama antara kedua kampus. Bahkan juga kedua belah negara. Ada banyak hal yang bisa didiskusikan dan dikolaborasikan.
Terkait indeks demografi, ia menilai bahwa banyak faktor yang bisa mempengaruhinya. Kryz juga bisa saling berbagi inormasi tentang penurunan atau kenaikan jumlah penduduk yang ada. "Kami berharap acara ini dapat membuka lebih luas hubungan dan kerjasama dengan Polandia khususnya dengan WSB University of Poznan," pungkasnya mengakhiri. (Riz/Wil)