dr. S. Khanza Zatalini dosen Fakultas Kedokteran UMM (foto: Istimewa) |
Dalam beraktivitas, tubuh memerlukan energi yang diperoleh dari asupan makanan. Namun pada saat puasa, tubuh tidak mendapatkan asupan makanan selama kurang lebih 14 jam. Lalu dari manakah tubuh mendapat pasokan energi ketika puasa? Terkait hal tersebut, dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dr. S. Khanza Zatalini menjelaskan bahwa ada beberapa tahapan yang dilakukan tubuh untuk memperoleh energi.
“Tubuh kita menggunakan gula sebagai sumber energi. Jadi zat pertama yang akan dipecah tubuh untuk memperoleh energi adalah gula darah atau yang biasa disebut glukosa. Setelah kadar glukosa habis maka tubuh akan memecah glikogen. Namun saat puasa, asupan makanan kita menjadi sedikit. Oleh karenanya, glukosa dan glikogen akan cepat dipecah oleh tubuh. Setelah glukosa dan glikogen habis, tubuh akan mulai memecah lemak sebagai sumber energi,” ungkap dosen muda tersebut.
lebih lanjut, Acha sapaan akrabnya mengatakan bahwa kondisi puasa sebenarnya sangat menguntungkan. Hal tersebut dikarenakan tubuh dapat memecah lemak secara alami. Namun yang terjadi di beberapa orang adalah kenaikan berat badan setelah bulan ramadhan berakhir. Hal ini terjadi karena asupan makanan yang berlebih saat buka puasa dan di malam hari.
“Ketika ngabuburit menunggu buka puasa, biasanya masyarakat Indonesia akan membeli gorengan maupun takjil yang manis-manis. Makanan dan minuman tersebut mengandung karbohidrat simpleks yang kurang baik untuk tubuh. Karbohidrat simpleks sangat mudah diserap oleh tubuh. Namun karena tidak ada aktivitas pengeluaran energi yang berat di malam hari, maka glukosa dalam makanan tidak diolah menjadi energi. Glukosa yang masuk ke dalam tubuh akan menumpuk di pembuluh darah dan meningkatkan kadar gula dalam darah. Jika asupan gula darah meningkat, maka akan menimbulkan penumpukan lemak,” lanjutnya.
Agar nutrisi tetap seimbang di bulan ramadhan, Acha mengatakan bahwa masyarakat harus memperhatikan asupan nutrisi saat sahur maupun berbuka. Acha menjelaskan bahwa ketika sahur, tubuh memerlukan makanan yang lama dicerna oleh tubuh agar merasa kenyang lebih lama seperti karbohidrat kompleks. Beberapa makanan yang mengandung karbohidrat kompleks adalah kentang, pisang, beras merah, ubi-ubian serta sayur-sayuran.
“Selain itu,tubuh juga membutuhkan asupan makanan tinggi protein yang juga membuat kita kenyang lebih lama seperti tempe, tahu, daging ayam maupun ikan. Jangan lupa juga untuk memenuhi kebutuhan air. Disarankan agar masyarakat menghindari konsumsi teh atau kopi saat sahur. Hal ini dikarenakan kedua minuman tersebut bersifat diuretik atau memicu keinginan untuk buang air secara terus menerus. Hal itu membuat tubuh rawan akan dehidrasi,” jelas Acha.
Untuk berbuka puasa, Acha menyarankan agar masyarakat mendahulukan makan kurma dan minum air putih. Hal tersebut akan membantu tubuh dalam memenuhi kebutuhan glukosa dan air tanpa membuat tubuh terbebani. Setelah itu dilanjutkan dengan makan nasi dan sayuran sehabis menunaikan ibadah solat magrib.
“Untuk menghindari peningkatan asam lambung saat berbuka, masyarakat juga disarankan untuk mengurangi asupan memakan makanan pedas, kopi, makanan tinggi garam seperti gorengan serta makanan bersantan,” pungkasnya. (syi/wil)
Penulis: Syifa Dzahabiyyah | Editor: Hassanalwildan Ahmad Zain