Dosen Teknik Mesin UMM Ungkap Keuntungan BBM Rendah Sulfur

Author : Humas | Rabu, 07 Agustus 2024 09:03 WIB
Dr. Ir. Yepy Komaril Sofi'i, ST., MT selaku dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) (Foto  : Istimewa)

Pemerintah tengah gencar menyampaikan rencana rilis Bahan Bakar Minyak (BBM) rendah. Meski terdengar masih asing, Dr. Ir. Yepy Komaril Sofi'i, ST., MT selaku dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyampaikan bahwa rencana ini akan membawa banyak keuntungan ke depannya, terutama bagi kendaraan bermesin diesel. 

“Seacara teknis, pada bagian mesin diesel ada yang namanya Nozzle Injector. Kandungan sulfur berlebih di dalam bahan bakar, dapat menyebabkan tertutupnya semacam lubang-lubang nozzle. Hal ini membuat gerakan suplai bahan bakar yang diinjeksi akan semakin terhambat,” tambahnya.

Baca juga : Konsulat Kehormatan Italia kunjungi UMM, Siap Bangun Kerjasama 

Lebih lanjut, Yepy sapaan akrabnya menjelaskan bahwa sulfur sering ditemukan dalam bahan bakar. Pertamina Indonesia sendiri telah berupaya untuk menyediakan bahan bakar yang rendah sulfur serta memenuhi ketentuan kandungan maksimum sulfur yang ditetapkan oleh Euro IV, yaitu tidak lebih dari 50 ppm. Seperti Pertamax hijau 95 dengan nilai oktan atau RON 95, Pertamax turbo RON 98, dan Pertadex dengan nilai cetane 53. Selain produk tersebut, kandungan sulfur di bahan bakar yang lain masih cukup tinggi.

Dia juga menjelaskan bahwa ada beberapa keuntungan BBM rendah sulfur. Yang pertama, jika dilihat dari mechanical engineering terhadap perawatan mesin lifetimenya akan lebih lama atau awet. Selanjutnya dampak bagi lingkungan jika sulfur menurun, maka emisi gas yang dihasilkan juga menurun, karena jika di konsep pembakaran terdapat dua jenis pembakaran yaitu sempurna dan tidak sempurna.

Baca juga : Mahasiswa UMM Ciptakan Krim Anti Kerut Kulit Untuk Segala Usia

“Pembakaran tidak sempurna meliputi motor bakar dan pembakaran industri, yang mana dari setiap pembakaran akan menghasilkan karbon monoksida (CO), uap air dan senyawa lainnya. Sulfur nantinya akan menghasilkan Sulfur Dioksida (SO2) yang berpengaruh pada peningkatan emisi gas. Jadi BBM rendah sulfur ini akan lebih berdampak positif baik untuk mesin berbahan bakar diesel maupun bagi lingkungan,” tegasnya. 

Yepy menyampaikan dukungannya terhadap rencana pemerintah untuk menyediakan BBM rendah sulfur. Meski demikian dirinya mmengingatkan, agar upaya pemerintah tersebut dilakukan secara massif. Utamanya dalam segi infrastruktur seperti Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang sudah tersuplai BBM rendah sulfur secara merata.

“SPBU rendah sulfur hendaknya tak hanya di Kota-Kota besar melainkan merata sampai seluruh Indonesia. Termasuk pada industri otomotifnya, sebagai penyuplai kendaraan yang sesuai spesifikasi dengan bahan bakar rendah sulfur. Hal ini agar terdapat kegiatan yang selaras antara kebijakan dengan praktik di lapangan,” pungkasnya. (Dit/Faq)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image